IMAM Ordo Fransiskan Kapusin (OFMCap) ini bernama Pastor Abid Habib. Ia berasal dari Pakistan. Juga baru saja mengikuti prosedur pemakaman secara muslim untuk mendiang ayahnya yang meninggal dunia awal bulan Juni 2020 lalu.
Habib Ahmed (96) adalah nama ayah kandung Pastor Abid. Mendiang ayahnya adalah pensiunan tentara dengan pangkat terakhir mayor.
Jenazahnya telah dimakamkan di kompleks TPU Muslim Chak Hakeem Imam-ud-Din di wilayah Provinsi Punjab.
Mendiang ayahnya termasuk anggota tentara Pakistan angkatan pertama, ketika negara ini memerdekakan diri dan memilih berpisah dari India. Sebelumnya, Pakistan dikenal dengan nama “India Timur”.
Setelah menikahi Maria, ibu kandungnya, mendiang rupanya dijauhi keluarga besarnya. Maklum, Maria adalah seorang Katolik, kelahiran Goa di India.
Pasutri beda agama ini meresmikan ikatan perkawinan mereka di Gereja Katedral Hati Kudus di Lahore, Pakistan, tahun 1950.
Maria meninggal dunia tahun 2007 dan jasadnya dimakamkan di sebuah TPU Katolik di Lahore.
Usai berlangsung pemakaman ayah kandungnya secara Muslim, tidak kurang 20-an imam ikut menghadiri misa requiem di Gereja Santa Maria Lahore.
“Saya tak bisa memberi Sakramen Perminyakan Terakhir kepada ayah kandung saya sendiri, karena almarhum bukan Katolik. Sepanjang hidupnya, ayah sangat menderita karena ibu dan semua anaknya jadi Katolik,” tutur Pastor Abid sebagaimana dilansir oleh UCA News edisi terbit tanggal 16 Juni 2020.
Menjadi Katolik
Lalu Pastor Abid berkisah tentang pengalamannya “menjadi Katolik”.
“Ayah sering kali menampakkan rasa tidak senangnya melihat ibu kami berdoa di gereja. Doa harian di dalam keluarga terjadi tanpa ayah. Saat saya duduk di bangku kelas V SD, ayah sampai hati menyebut saya ‘anak jahat’. Ini karena diam-diam saya mulai mempelajari katekismus,” ungkapnya.
Sebenarnya, dia sendiri ingin mengikuti jejak ayahnya menjadi seorang tentara. Namun dua kali tes, ia selalu gagal. “Sejak itu saya selalu merasa ada kekosongan di hati,” paparnya lagi.
Tahun 1976, Pastor Abid akhirnya berkenalan dengan Pastor Andrew Francis yang belakangan menjadi Uskup Keuskupan Multan. Peristiwa ini terjadi saat berlangsung pesta perak Seminari Menengah Santa Maria di Lahore, Pakistan.
Saat itulah, Pastor Francis menyapa dia dan kemudian berkisah tentang sosok seorang pastor lain di Karachi (Pakistan) yang punya ayah kandung non Katolik. Karena pertemuan itu, Maria –sang ibu kandungnya—lalu membawa Pastor Abid menemui seorang imam senior untuk berkonsultasi.
“Setelah kematian kakak kami, tiba-tiba saja sikap ayah langsung berubah. Pengorbanan paling besar ayah adalah telah mengizinkan saya menjadi imam,” kenang Pastor Abid.
Bahkan ayahnya sendiri ikut mengantarnya masuk ke Biara Kapusin tahun 1979.
Pastor Abid sendiri kini sudah berumur 63 tahun. Ia menjadi koordinator Komisi Justice and Peace di kelompok asosiasi tarekat religius seluruh Pakistan, Ketua Asosiasi Tarekat Religius Pakistan, pengajar seminari, dan Direktur Joti Educational and Cultural Centre in Hyderabad Diocese of Sindh province.
Justru karena berasal dari keluarga besar Muslim dari pihak ayahnya, Pastor Abid juga terlibat sangat aktif dalam gerakan membangun komunikasi dan persaudaraan lintas iman di Pakistan.
Ingat bahwa di Pakistan, agama menjadi masalah sensitif. Sering terjadi persekusi dan tindak kekerasan kepada para pemeluk agama minoritas.