“ANDHIKA” adalah imam muda yang belum lama ditugaskan di sebuah paroki kota kecil dengan kontur pegunungan.
Dalam Masa Prapaskah seperti sekarang ini, di mana pesan pertobatan digaungkan dan sebagai imam, pada suatu sore “Romo Andhika” itu tampak tengah melayani komunitas biarawati yang memohon Sakramen Rekonsiliasi.
Setelah beberapa biarawati sepuh mengaku dosa, tibalah giliran seorang suster biarawati muda.
- “Suster muda”: Pastor, pengakuan dosa saya yang terakhir yaitu sebulan lalu saat menjelang perayaan pelindung kongregasi kami. Dan sekarang, dosa yang hendak saya mintakan ampun yaitu, bahwa saya setiap kali bercermin, saya merasa yang paling cantik di antara rekan-rekan satu biara. Saya sadar itu kesombongan, pastor. Dan itu salah. Saya menyesal.
- “Andhika”: Suster…coba maju sedikit supaya saya bisa melihat jelas wajah anda.
Suster muda itu pun maju agak dekat dan sejenak “Andhika” dengan seksama mengamati wajah suster tersebut.
Setelah itu, “Andhika” menghela nafas lalu berkata:
- “Andhika”: Baiklah suster. Menurut saya, anda tidak saja sombong. Tapi juga bohong.
- “Suster muda”: Bohong ? Apa maksud pastor (sembari mengerutkan dahi)?
- “Andika”: Anda tadi mengaku bahwa anda paling cantik, padahal menurut saya anda itu biasa saja. Cantik enggak, jelek pun tidak. Maka sebagai penitensi atas kesombongan dan kebohongan Anda, nanti di luar doakan Mohon Kerendahan Hati lalu daraskan Bapa Kami dan Salam Maria masing-masing 10 kali. Dengan kuasa yang diberikan Gereja kepada saya, saya lepaskan Anda dari belenggu dosa… Dalam Nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus.
Dengan nada lirih, sembari menunduk, suster muda itu menyahut :
- Suster muda: Amin.
Secara pelahan suster muda itu mundur dan keluar dari kamar pengakuan.
Catatan: Cerita ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata.