KIPRAH perjalanan panggilan Father Nantes sebagai seorang Dominikan lebih banyak bergelut pada dua medan karya yakni administrasi dan formasi. Setelah menerima tahbisan imamat, ia kemudian bertugas di sebuah paroki selama dua tahun. Setelah itu, ia diminta menjadi magister Novis selama sembilan tahun.
“Dulu sekali, panggilan menjadi imam di Filipina sangat subur. Oleh karena itu, saya pernah membina sekitar 40 orang Novis yang kini beberapa di antara mereka sudah menjadi imam, sehingga rumah Novisat tidak cukup lagi menampung,” ungkapnya mengenang ‘masa-masa emas’ ketika Novisiat Dominikan di Filipina sampai ‘kebanjiran’ peminat pemuda-pemuda yang ingin menjadi imam Dominikan.
Bakat arsitek
Merasakan aroma kejayaan panggilan pada waktu itu membuat imam yang suka wisata budaya ini mulai berpikir untuk menambah bangunan Novisiat yang baru. “Kasihan para frater novis. Karena jumlahnya begitu banyak sehingga mereka harus berdesak-desakan,” kenangnya.
“Tuhan memberi saya anugerah untuk membangun relasi dengan para donatur dan juga Kepala Fakultas Arsitektur di Universitas Santo Thomas yang bersedia membantu keinginan saya membangun novisiat,” ungkapnya.
Kemudian ia mulai merancang pembangunan novisiat baru. Mulai dari membuat sketsa bangunan, ukuran hingga bentuknya. Berkat ketekunan dan keseriusannya menekuni projek besar ini akhirnya gedung Novisiat Dominikan yang baru bisa berdiri kokoh.
“Inilah projek pertama saya yang pada akhirnya membawa saya menemukan talenta di bidang seni desain tata ruang,” ungkapnya.
Kebiasaannya membuat sketsa di atas kertas membuat ia mulai mencintai dunia seni. Tetapi ini barulah langkah awal, sebelum dia akhirnya mempelajari dan mengarungi dunia seni yang lebih luas.
Formator itu “kerja” membanggakan
Menjadi formator bagi Father Nantes merupakan suatu panggilan yang membanggakan. Itu karena kehadirannya bersama para Dominikan muda ini memilki nilai rohani yang tidak bisa diukur dengan nilai apa pun.
“Beberapa mantan Novis zaman saya menjadi Magister itu kini telah menjadi imam yang baik dan mereka jadi ‘orang penting’ di Ordo Dominikan,” katanya lagi.
Ia lalu memberi contoh sebagai berikut:
- Pastor Herminio Dagohoy OP kini menjadi Rektor Universitas Santo Thomas di Manila.
- Dua Provinsial Ordo Dominikan Provinsi Filipina yakni Pastor Napoleon Sipalay Jr OP dan pendahulunya Pastor Gerard Timoner OP yang kini menjadi Asisten General Asia-Pasifik serta anggota Komisi Teologi Kepausan di Roma.
Desahan nafas bangga sekaligus bersyukur nampak dalam guratan wajah Father Nantes yang kini tak muda lagi.
Ia kemudian melontarkan pepatah bijak, bahwa kebahagiaan seorang guru adalah ketika bisa melihat murid-muridnya berhasil.
“Saya bangga melihat mereka, dan saya rasa sudah cukup dengan apa yang telah saya lakukan di Filipina, oleh karena itu saya memutuskan untuk mengabdikan diri di Indonesia,” ungkapnya.
Rumah Retret Caleruega
Setelah membangun rumah formasi Dominican Novitiate of Annunciation (DNA), imam yang genap berusia 65 pada tanggal 3 Juli mendatang ini kembali mengukir sejarah menghasilkan karya seni yang menakjubkan yakni Rumah Retret Caleruega yang kini menjadi destinasi wisata favorit karena keindahan arsitekturnya.
Nama Caleruega dipilih karena merupakan tempat kelahiran pendiri Ordo Pewarta Santo Dominikus. Selain menjadi tempat destinasi wisata, Caleruega juga menjadi tempat favorit bagi pasangan muda-mudi yang melangsungkan pernikahan. “Setiap bulan Desember, ada tiga pernikahan setiap hari, mamma mia,” ungkapnya.
Menurut Father Nantes yang kala itu menjadi ekonom Ordo Dominikan Provinsi Filipina, Rumah Retret Caleruega tidak pernah sepi pengunjung. Padahal, letaknya jauh sekitar dua jam dari pusat kota Manila dan letaknya berada di atas bukit. “Saya tidak menyangka bahwa tempat ini menjadi tempat yang ramai dikunjungi, padahal letaknya cukup jauh dari pusat kota,” ujarnya.
Caleruega sejatinya dibangun pertama-tama sebagai tempat retret bagi sekolah milik Ordo Dominikan. Setiap tahun, ketika memasuki tahun terakhir, maka sekolah-sekolah Dominikan ini selalu mengadakan retret di Caleruega.
“Universitas Santo Thomas yang berdiri pada tahun 1611 ini memiliki 45 ribu mahasiswa dan 2 ribu dosen pengajar, ketika tahun ajaran berakhir mereka selalu mengadakan retret di situ. Belum lagi sekolah Letran colege yang merupakan sekolah tertua di Manila dan juga sekitar 20-an sekolah-sekolah yang dikelola para Suster Dominikan dari berbagai wilayah,” ungkapnya.
Proses membangun Rumah Retret yang memiliki motto“Close to Nature, Closer to God” itu sama seperti ketika membangun Novisiat. Dimulai dari merancang bangunan, mendesain ruangan hingga kemudian sampai mencari dana, lalu juga memilih tempat yang cocok.
“Semua itu saya lakoni tahap demi tahap,” ungkap imam yang turut ambil andil mendesain Patung Maria Ratu Pencinta Damai –simbol perdamai– yang kini berdiri kokoh di tempat ziarah rohani Anjongan Keuskupan Agung Pontianak.
Lagi-lagi Father Nantes mengandeng Kepala Fakultas Arsitektur di UST untuk merealisasikan buah pikirannya ini.
“Saya bukan seorang arsitek, oleh karena itu saya harus berkolaborasi dengan arsitek yang betu-betul memiliki profesi,” ungkap imam yang juga mengaku hasil karyanya ini bukanlah miliknya semata, tetapi juga berkat andil rekan-rekan imam dan frater yang turut membantu.
Itu bisa terwujudkan, karena berkat kekuatan doa, ketekunan dan kerendahan hati yang diyakini Father Nantes sebagai dasar utama dalam karyanya. Banyak orang mengagumi keindahan arsitektur bangunan Caleruega; terutama desain interior Kapel Transfigurasi dan Gedung Administrasi St. Dominikus.
Caleruega menjadi semakin tersohor di penjuru dunia berkat prestasinya menjuarai desain arsitektur di Filipina.
“Setiap tindakan harus disertai dengan doa, ketekunan dan kerendahan hati meminta bantuan,” ujarnya.
Ia juga menegaskan ketika menciptakan sesuatu pikiran harus fokus pada objek yang hendak dikerjakan.
“Tangan dan isi kepala harus selaras. Sehingga ide yang hendak dituangkan mendarat sempurna. Dan satu hal yang sangat penting bahwa setiap desain yang saya buat mengandung unsur-unsur yang memiliki makna liturgis,” ungkapnya. (Berlanjut)