Pastor Paroki Otoriter

0
647 views
Ilustrasi - Pemimpin otoriter (Media Transparansi)

BAPERAN-BAcaan PERmenungan HariAN.

Sabtu,12 Maret 2022.

Tema: Bukan Asal Beda.

Bacaan.

  • Ul. 26: 16-19.
  • Mt. 5: 43-48.

GILA betul bacaan hari ini. Siapa sanggup? Rasaku sebagai manusia biasa, ada kecenderungan dalam diri untuk membalas.

Minimal menyimpan sakit hati. Menghindari perjumpaan. Tak mau berurusan lagi. Cukup.

La, siapa yang salah? Ia berlaku seenaknya. Bahkan terkesan sengaja mengatur siasat supaya posisinya tidak tergeser.

Kekuasaannya tidak tersaingi. Pengaruhnya tidak dikurangi. Ia telah berbuat seenak jidatnya saja. Ia tidak peduli perasaan orang lain. Yang penting, aku harus yang pertama.

Aku penentu segala.

Dengan muka manis, bahkan tutur kata yang sopan, seakan-akan bijaksana ia membuat inner circle bagi dirinya.

Mengamankan posisinya. Bahkan memanjakan dan menguatkan dirinya di tengah-tengah orang yang mendukung dia.

Pendukung mati dan buta. Tidak bisa melihat kemungkinan-kemungkinan baik yang lain.

Lah siapa dia? Juga bukan siapa-siapa. Ia mempengaruhi orang-orang sekitarnya dengan kuasanya untuk menunjukkan kemauan dirinya.

Lebih parah lagi, kalau dia bisa menjilat pimpinan. Dengan misalnya memberi “upeti” pada penguasa. Selalu mengatakan apa yang telah dibuat dan seolah-olah hanya dia yang berjerih payah.

Celakalah, kalau pimpinan sampai mempercayai dia. Makin banyak korban.

Demikian isi syering seorang bapak.

Dunia ini berputar. Tidak selamanya begitu. Manusia dimakan usia. Digerogoti penyakit.

Ada saat, ia sendiri akan menyesali diri dan atas apa yang telah dilakukan. Apakah ini merupakan  langkah menuju pembaharuan?

Semoga tidak terlambat.

Manusia adalah makhluk terbatas. Ia tidak bisa menguasai segala-galanya. Energi dan pikiran pun terbatas.

Syukurlah, Sang pencipta memberi kesadaran, ia ada bersama yang lain

Yang diharapkan ia bisa mengembangkan diri sebagai pribadi yang kontras; yang berada di tengah-tengah sesamanya; mengarah pada Sang Kebaikan.

Itulah identitas setiap pribadi. Ia adalah pribadi yang berjuang bersama yang lain.

Ia memberi warna dalam kebersamaan menuju cita-cita bersama, yakni kebaikan, persaudaraan dan persahabatan sosial.

Tetapi itu pun tidak cukup. Ia membutuhkan kesadaran luhur nan suci. Bahwa Allah telah menciptakan dan mencintai dia.

Ia adalah tanda di tengah-tengah dunia ini. Ia menjadi wakil Sang Pencipta menciptakan bersama yang lain kehadiran Allah bagi sesama.

“Mo, saya tidak bisa mengerti kenapa dia berbuat demikian? Ia itu seorang pimpinann. Mestinya mendengar dari segala sudut, bukan hanya mendengar dari beberapa orang yang dekat dengan dia.”

“Ada apa mas?”

“Saya melihat bahwa dia dekat dengan beberapa orang  saja. Seakan-akan menjadi inner circle di dalam hidup dan pelayanannya. Banyak orang mulai berkesan, bahwa hanya lewat orang-orangnya saja segala usul didengar. Hanya lewat orang-orang intinya saja apa yang diusulkan bisa dilaksanakan.”

“Wah, ini harus dijernihkan. Apakah betul demikian atau kesan?”

“Gimana kesan Mo? Sudah beberapa tahun dialami. Beberapa kali terjadi di dalam rapat-rapat, usulan selalu mandek. Banyak program tidak bisa dijalankan. Tapi program-program dari orang yang terdekat selalu dapat dilaksanakan.”

“Bicaralah dengan mereka. Yang penting kan program dapat dilaksanakan.”

“Sudah kami lakukan, Mo. Tapi akhirnya juga mental.”

“Sudah bicara dengan beliau. Tetap tidak berkenan. Kami tetap terlibat di dalam Gereja. Kami memang melibatkan diri dan tidak hitung-hitungan.”

“Jadi soalnya apa?”

“Jadilah gembala yang netral; yang baik, yang mau mendengarkan semua pihak.”

“Baik nanti saya sampaikan.”

Yesus mengajar, “Kamu adalah anak-anak Bapa di surga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang benar dan orang tidak benar.” ay 45.

Tuhan, ajari aku hidup di dalam jalan kasih-Mu. Amin.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here