Pasutri Konflik karena Beda Umur Banyak

0
300 views
Ilustrasi: Konflik karena salah paham. (Ist)

BAPERAN-BAcaan PERmenungan hariAN.

Selasa, 15 Februari 2022.

Tema: Racun kehidupan.

Bacaan

  • Yak. 1: 12-18.
  • Mrk. 8: 14-21.

SEBAGAI imam baru, saya lebih banyak mendengarkan dan mengumpulkan data.

Di mulai berkenalan dengan beberapa tokoh paroki dan orang-orang yang mendapat bantuan sosial.

Tanpa sengaja saat berkunjung, ada satu keluarga yang sedang rebut karena konflik.

Ibu ini tergolong masih medior, energik. Sangat terbuka dan pemberani. Ia mengisahkan perkawinannya yang beda umur. Kadang salah paham. Ia menilai suaminya menyembunyikan sesuatu dalam usaha. Ia lebih banyak bertindak sebagai seorang bapak daripada seorang kekasih.

Isterinya kadang merasa tidak klop. Ia menilai suaminya serba lamban dan tidak tegas. Membiarkan apa yang terjadi dan pura-pura tidak tahu terhadap pegawainya yang nakal. Yang penting usaha masih berjalan dan ada untung.

Saya merasa bahwa ibu ini kurang yang didengarkan dan diperlakukan sebagai seorang isteri. Padahal, cinta pada keluarganya sangat mengagumkan.

Di lain kesempatan, secara singkat sang suami syering berikut.

“Saya bingung. Akhir-akhir ini cekcok. Saya itu dianggap sebagai apa? Baikkah, suami dimarahi, dibentak? Bahkan kalau saya mengambil keputusan selalu dicela. Selama ini saya hanya diam. Kalau bereaksi, ribut makin besar. Kasihan di anak-anak.

Anak-anak menjadi agak takut dengan mamanya. Saya merasa berjarak dengan mereka. Saya harus lebih banyak menahan, sabar. Lebih banyak diam. Yang penting saya bekerja semampu saya untuk keluarga. Soal ini, kami lebih dari cukup. Dan masih mempunyai simpanan.

Beberapa kali dekat dengan anak-anak dan kesannya baik. Hanya kalau orangtuanya ribut mereka langsung ke kamar. Mereka tidak mau mendengar. Tidak mau mencampuri. Bahkan terkesan tutup telinga. Tutup mata. Tutup hati. Tidak tahu harus pro ke siapa,” keluh  suami.

Yang mengagumkan keluarga ini sangat terbuka dan mau mendengarkan romonya.

Suatu saat, suami isteri ini mengajak berbicara. Di beberapa kali perjumpaan ditemukan beberapa kesepakatan.

Saya hanya menekankan di depan anak-anak bicaralah tetapi saling mendengarkan. Tidak menyanggah. Biarlah masing-masing berbicara bebas. Temukanlah satu hal yang ingin diatasi. Pilih solusi yang terbaik untuk keluarga.

Mintalah persetujuan anak-anak. Dengarkanlah mereka. Utamakan pendapat mereka. Biarlah itu menjadi kesepakatan bersama.

Sebagai pasangan yang beda umur tentu masing-masing punya harapan, keinginan dan kerinduan. Sadari dan hindarilah pemaksaan kehendak. Seringlah pergi hanya berdua. Dan kalau pulang bawalah oleh-oleh untuk anak.

Sangat mengesankan. Mereka mendengarkan dan mencoba melakukan.

Beberapa bulan kemudian saya mendengar dari anak-anak, “Mo papa mama jarang bertengkar. Dah baikan tuh. Ke rumah atuh. Makan malam bersama.”

Mereka aktif di Paroki.

Saya bersaksi, betapa mereka menjadi pribadi yang diubah. Keluarga yang terberkati. Dimulai dari kesadaran dan keterbukaan diri sendiri dulu. Demi keluarga yang dicintai.

“Romo maaf, saya menegur beberapa orang tanpa seizin pastor,” kata ibu itu.

“Ada apa? Ke siapa?”

“Iya, saya mendengar apa yang Romo alami dan apa yang mereka lakukan.”

“Iya biarlah. Mereka belum memahami.”

“Ya nggak bisa begitu. Romo tidak layak dan tidak pantas diperlakukan seperti itu. Mereka kan membantu pelayanan. Bukan menentang. Semua kebijaksanaan kan sudah dibicarakan di DPP.”

Waktu turut menyadarkan dan mendewasakan. Yang penting umat dilayani dengan baik, kataku.

“Tidak bisa begitu. Saya orang lama. Saya aktif, tetapi saya tidak mau ngomongin atau campur soal kehidupan Romo. Kami hanya menjalankan apa yang Romo tugaskan. Saya merasa mereka keterlaluan.

“Maaf ya Mo. Biarlah mereka berhadapan dengan kami.”

Yakobus menasihati, “Tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya. Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah matang ia melahirkan maut.” ay 14-15.

Dan Yesus menasihati, “Berjaga-jagalah dan awaslah terhadap ragi orang Farisi dan orang Herodes.” ay 15.

Tuhan, tuntun kami berjalan bersama sebagai Umat kudus-Mu. Amin.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here