Pasutri Rujuk Lagi

0
300 views
Ilustrasi - Rukun dan rujuk lagi by Regain.

DALAM hati setiap orang, ada kerinduan untuk hidup lebih lama. Mengapa? Hidup bersama dengan yang dicintai membangkitkan gairah dan kebahagiaan yang tak pupus oleh waktu.

Hidup terasa hampa dan tidak menghasilkan apa-apa tanpa Dia.

Situasi tanpa Dia digambarkan dalam Injil hari ini.

Bacaan diambil dari Kis 4: 1-12; Yoh. 21: 1-14.

“Kata Simon Petrus kepada mereka: “Aku pergi menangkap ikan.”

Kata mereka kepadanya: “Kami pergi juga dengan engkau.”

Mereka berangkat Lalu naik ke perahu, tetapi malam itu mereka tidak  menangkap apa-apa, ay 4.

Seseorang bersaksi

Setelah mengenalkan namanya, ia bersaksi. Matanya merah, sembab, dan basah

“Saya pria yang brengsek. Saya tidak takut akan Tuhan, tidak ke Gereja. Hidup berdasarkan naluri dan ego. Saya mengejar kesenangan pribadi. Saya berumah tangga sudah 10 tahun, anak tiga.

Setelah tujuh tahun perkawinan saya tidak lagi menghargai ikatan perkawinan. Saya.selalu marah dan marah ke anak-anak. Anak-anak ribut, sulit diberi tahu, rumah berantakan.

Mereka menjadi  beban. Kadang saya pukul. Isteri seperti orang lain. Sering saya bentak dan usir dari rumah. Relasi dingin dan benci. Saya memaksakan kehendak saya. Lebih banyak bersenang-senang dengan teman, minum; pulang malam dan kadang mabuk.

Saya laki-laki  dan merasa benar.  Semua harus melakukan apa yang kuminta. Tak peduli, harus dilayani.”

Berhenti sejenak… ia mulai terisak nangis.

Satu saat, mertua saya datang, “Kalau kamu tidak mencintai anak saya,  tidak menghargai perasaannya, biarkan dia pulang”.

“Silahkan. Jangan kembali. Bawa semua anak-anak”.

Dan terjadilah.

“Tidak ada kerinduan; keinginan untuk tahu, apalagi melihat mereka. Aku bebas melakukan apa  yang kumau.

Suatu saat aku pulang ke rumah ibuku. Ia sakit.

Mana istrimu dan cucu-cucuku. Ibu ingin melihat mereka terakhir kali, sebelum…”

Aku terdiam sejenak; memberi banyak alasan.

Aku ibumu mendidikmu dengan baik. Jangan tangisi ibu kalau mati. Jangan ikut ke kuburan”, ketus ibu.

“Hatiku kacau dan hidup lebih berantakan.

Tanpa sepengetahuanku, besan, isteri dan anak-anakku berkunjung. Mereka tinggal beda kota. Isteriku memutuskan untuk tinggal dan merawat ibu.

Tiga bulan berselang aku pulang.

Ia berperilaku seperti biasa. Tidak pernah mengungkapkan apa yang terjadi. Kendati ia menderita karena kekasaranku. Kulihat ibu lebih sehat. Aku kaget salah tingkah dan putus kata. Aku peluk ibuku dan berkata: Bu, semakin sehat ya.

“Ini semua karena Tuhan dan perawatan isterimu. Kamu harus bahagia, istrimu baik. Ia bahagia bersamamu.

Beberapa hari aku tinggal bersama ibu dan kulihat perlakuan istreiku pada ibu. Sepulangnya, aku menangis sejadi-jadinya. Bagaimana ia telah menderita dan luka. Ia membuat bahagia ibuku, padahal aku berlaku kasar. Ia merawat ibuku dengan cinta, walau telah kuperlakukan sebagai bukan isteriku.  Ia memperlakukan ibuku dengan liar biasa. Beberapa hari kemudian kudatang ke mertua meminta maaf dan ingin rujuk.”

“Terserah keputusannya.”

“Aku terhenyak dan menangis.

Aku ingin memulai hidup baru. Maka aku ikut retret ini. Kuharap isteri dan anak-anakku memaafkan dan menerimaku.”

Terdengar suara, “Kamu bisa Bro. Bisa Bro. Bisa.

Dia disuruh berbalik badan. Saat-saat sendu masuklah isteri dan ke 3 anaknya…memeluk…rasa haru menyelimuti  suasana…

A moment of love ann reconciliation. The best of life. A true of joy n happiness.

Ia mengalami Tuhan dalam pelukan manusiawi. Ia dipulihkah. Perkawinan dan ikatan keluarga dikuduskan sekali lagi.

Tertulis, maka murid yang dikasihi Yesus itu berkata kepada Petrus: “Itu Tuhan.”, ay 7a.

Paskah memulihkan martabat kita.

Kata Petrus, “Keselamatan tidak ada divdalam siapapun juga selain di dalam Dia… tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan.”, ay 12.

Paskah menyadarkan siapa Tuhan Yesus bagiku.

Tuhan, kekudusan-Mu menyelami  kelemahanku; menganugerahi Rahmat-Mu. Amin.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here