Pastor Zaman Sekarang Materialistis!

4
3,576 views
Romo I Sumarya SJ (kiri)
[media-credit name=”abdi/sesawi” align=”aligncenter” width=”300″][/media-credit]

Romo I Sumarya SJ (kiri)

PASTOR muda zaman sekarang cenderung matrelialistis!”

Kalimat ini meluncur tegas dari mulut rektor baru Seminari Menengah Santo Petrus Kanisius, Mertoyudan, Magelang, Romo Ignatius Sumarya SJ saat berbincang dengan SESAWI.net beberapa waktu lalu di halaman depan sekolah para calon pastor ini.

Romo Marya, begitu biasa kami menyapanya, melanjutkan ceritanya.

Banyak pastor muda zaman sekarang bergaya dengan mobil dan barang mewah lain seperti handphone atau alat-alat lain yang sebenarnya tidak diperlukan. Hidup mereka tidak lagi sederhana dan bersahaja sebagaimana seharusnya pemimpin rohani. Bahkan perilakunya sudah tidak menunjukkan lagi sebagai pelayan.

“Masak ada pastor yang tidak mau tersita tidur siangnya gara-gara umatnya bermain di halaman pastoran?,”  tanya sang rektor yang baru saja menjabat bulan Juli tahun  ini. “Kalau tidak mau diganggu, ya jangan jadi pastor!” tegasnya.

Karena itu, Romo Marya menegaskan pentingnya mendidik para calon pastor terutama di sekolah yang dipimpinnya dengan nilai-nilai dan keutamaan-keutamaan hidup.

“Visi dan misi saya ya agar nilai-nilai ini makin tertanam dalam-dalam pada diri para seminaris,” jelas Romo kelahiran Sumyang, Jogonalan, Klaten, Jawa Tengah ini.

Menjadi teladan

Sebagai pendidik, yang penting dijalankan saat ini menurutnya hanyalah menjadi teladan. Percuma orang omong banyak tentang kebaikan dan nilai-nilai tanpa ada tindakan nyata yang bisa menjadi contoh dan panutan. Menjadi panutan, katanya, ya otomatis menjadi teladan. Itu juga berlaku dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

“Keunggulan hidup beriman atau beragama adalah dalam perilaku atau tindakan bukan wacana atau omongan,” katanya seperti terkutip di buku Agenda Kegiatan Seminari Menengah Santo Petrus Canisius.

Romo Marya lalu menunjuk dengan jelas bahwa nilai-nilai yang mesti diteladankan banyak sekali, namun beliau menunjuk dengan jelas bahwa dua hal yang paling krusial adalah soal kejujuran dan disiplin.

Ini menjadi masalah pokok bagi seluruh manusia di dunia ini. Jangan sampai para seminaris pun menjadi tidak jujur dengan dirinya sendiri. Bila kita tidak jujur dengan diri sendiri, otomatis juga tidak jujur dengan orang lain.

Maka,”Marilah kita bersama-sama saling membantu dalam menyingkapkan, memperdalam dan memperkembangkan budi pekerti secara khusus dalam sifat berdisiplin dan jujur. Hendaklah dalam hal-hal atau perkara kecil dan sederhana kita melatih dan membiasakan diri untuk berdisiplin dan jujur,” tegas Romo Marya.

Menonton saja

Di awal kepemimpinannya sekarang ini, tidak banyak yang dikerjakan Romo Marya. “Saya hanya nonton saja,” ujarnya.

Maksudnya, rektor baru ini tidak akan berbuat banyak dengan melakukan macam-macam perubahan dahulu. Masa sekarang merupakan saat untuk observasi, melihat-lihat mana yang harus diperbaiki dan mana yang mesti dipertahankan.

“Saat saya baru saja ditahbiskan menjadi pastor dan tanya pada provinsial, beliau jawabannya begini: tonton saja, nanti juga tahu harus berbuat apa?” ujarnya menirukan sang provinsial.

Meski begitu, sebagai rektor baru, beliau saat ini mesti langsung menghadapi proyek besar dan sibuk dengan banyak hal dalam rangka perayaan 100 tahun seminari menengah mertoyudan yang diisi dengan beragam kegiatan seperti seminar-seminar, pengobatan massal, penanaman pohon, misa dan novena.

Semoga sukses ya, Romo!

4 COMMENTS

  1. maaf, saya juga prihatin karena sekarang banyak mendengar pastor2 yang cenderung mengobral duniawi nya. bukan cuman material tapi hal2 lain yang lebih parah lagi.

  2. Ini yg terkadang menjadi takut dan ragu utk mengkritisi, jangan-jangan kalau kritis terhadap Imam yg semakin hari semakin tidak sesuai dengan panggilan Imamatnya, saya malah dikucilkan he he, karena bisa dipastikan bukan hy para Imam yg membela Imam tsb, namun jg para umat. Di tempat saya, kecenderungan Imam memang spt yg dikatakan Rm Sumarya SJ, bahkan ada yg ingin cuti ke tempat kelahirannya, aji mumpung untuk mendapatkan sangu selain yg diberikan jatah dari Keuskupan juga terjadi. Berbangga perolehan kolekte berubah mjd sangat besar, krn di Parokinya muncul tambang batubara. Bagi saya ini sungguh ironis sbg Imam kok berpandangan spt itu, seolah yg perolehan kolektenya minim mjd paroki yg tdk maju dan Imamnya jg tdk maju. Lha ukurane ki opo tho ?
    Imam memang boleh gaul, atau mengikuti jaman krn memang tdk ada salahnya, namun kalau sudah bergeser terlalu jauh dari panggilan Imamatnya, ya tentunya bisa kontrol diri, jangan sampai pelayanan terhadap Iman umat mjd terpinggirkan karenanya.
    Sebagai umat juga jgn mengiming-imingi atau malah membuat iri para Imam yg berkecenderungan mengikuti jaman spt itu. namun bgm mendukung dan membantu para Imam agar dalam lingkungannya menjadi subut dan kuat dalam Imannya. Matur Nuwun, sekedar menambahkan saja

  3. saya pikir di paroki 2 kaya ,Pastornya kemungkinan terbesar akan cenderung ikut hanyut ; lihatlah kata mgr.Suharyo ; umat lebih memuja Tri Tunggal Yang Maha Tidak Kudus .
    Synergy umat makmur dengan Pastor pastilah cenderung tidak sesuai dengan jalan Kristus , dan umat akan makin terjerumus sehingga mgr Suharyo bisa mengutarakan hal yang sangat menyedihkan tsb . Bukankah umat seharusnya mendengarkan Pastornya ?
    Saya merasakan umat Budha Tsu chi lebih bisa mendengarkan gurunya dan lebih mampu melakukan apa yang diminta gurunya . Mereka lebih beruntung bisa mendengarkan langsung sang Guru . Umat katolik tampaknya makin jauh dari jalan Kristus , sungguh menyedihkan . Ajaran Kristus sudah diselewengkan sedemikian parahnya , apakah ini bukan tanggung jawab Pastor ?

  4. Memang tidak mudah mengatakan apakah seorang pastor yang menggunakan fasilitas modern sebagai materialistis atau demi pelayanan. Kadang fasilitas dibutuhkan jika pastor tersebut melayani kalangan tertentu. Namun, kita bisa mengatakan apa dia masih “demi pelayanan” atau sudah terbawa arus materialistis. lihat saja, masih maukah dia bersakit-sakit, berpanas-panas demi pelayanan, atau ia mudah mengeluh, gak mau repot, dan cenderung memilih kenyamanan ketimbang misi. Bersikap berbeda (lebih manis) pada mereka yang memiliki materi lebih dibanding dengan umat biasa. ini akan kelihatan kok. Yang sudah materialistis biasanya ucapannya juga menjadi tidak berenergi… tidak ada roh. Kotbah tidak ber”tenaga”. Yang memiliki Roh, adalah mereka yang memang mengikuti Roh .

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here