UNTUNG tak dapat diraih, pun pula malang tak dapat dicegah. Pelesiran santai ke London yang mestinya membuat hati bahagia, namun justru membawa sengsara berkepanjangan.
Inilah perjalanan waktu yang tak terduga menimpa Prof. Jack Ryan (Harrison Ford), pengajar sejarah di U.S. Naval Academy yang datang ke London ditemani istrinya Dr. Caroline (Anna Archer) dan anak mereka semata wayang bernama Sally. Niat mereka berpelesiran di Ibukota Inggris ini sebenarnya tak jauh dari profesi Ryan sebagai dosen yakni memberi presentasi di sebuah seminar; sementara istri dan anaknya dibiarkan jalan-jalan sendirian menikmati indahnya Buckingham Palace.
Ternyata, di tengah acara pelesiran di sekitar Buckingham Palace inilah terjadi insiden berdarah dimana sejumlah aktivis bersenjata IRA (Irish Republican Army) beraksi memberondong tewas beberapa pejabat Inggris dan anggota keluarga Kerajaan.
Prof. Jack Ryan berada tak jauh dari insiden berdarah tersebut. Nalurinya sebagai mantan Marinir AS pun tertantang. Seketika itu juga, dia angkat senjata dan membantai para teroris gerakan separatis di Republik Irlandia Utara ini. Lantaran menewaskan sejumlah aktivis IRA, tak ayal bibit dendam kesumat pun membara di dada Sean Miller sesaat setelah adik kandungnya tewas di tangan Letnan Mar (Purn) Prof. Jack Ryan.
Memburu kematian Jack dan keluarganya sampai di AS adalah misi Sean Miller dan anggota militan IRA.
Meski film berlatarbelakang CIA dan gerakan separatisme IRA di Republik Irlandia Utara ini boleh dibilang usang karena produksi tahun 1992, namun toh menikmati Patriot Games tetaplah menjadi sebuah acara nonton yang mengasyikkan. Beberapa isu politik internasional masih saja relevan, ketika agen-agen IRA bekerja sama dengan gerakan bawah tanah anti AS di Libya.
Ingatlah bahwa pada tahun-tahun itu, Libya masih menjadi musuh besar AS dengan Kolonel Muamar Khadaffi sebabagi ikon penting di negeri kaya minyak di gugusan Afrika Utara ini. Namun siapa sangka pula bahwa agen ganda IRA berhasil menyusup sebagai orang dalam di Kedubes AS di Washington.
Dunia telik sandi tetap menarik sebagai bahan cerita yang diberi ‘nyawa’ dalam sebuah balutan kisah seluloid bernama flim. Karena itu, Patriot Games menjadi menarik justru karena keputusan Prof. Ryan pensiun dari Langley di Virginia –markas besar CIA—akhirnya dia telan kembali karena keluarganya berada di ujung tanduk.
Sesuai nama judul bukunya Tom Clancy, maka Patriot Games benar-benar petualangan para agen-agen CIA melawan agen-agen IRA dalam sebuah permainan politik bernama nasionalisme sempit yakni gerakan separatisme melawan hegemoni AS.