GEMA protes keras menjelang denting pemanggilan Konklaf pertengahan Maret 2013 makin kencang bertiup di kalangan umat katolik di Italia dan AS. Mereka memrotes kedatangan mantan Uskup Agung Los Angeles Kardinal Roger Mahony dan minta Vatikan agar tidak mengizinkan Mahony datang menuju meja Konklaf.
Bahkan, laporan dari internal Vatikan ikut membuat gema protes ini bergaung lebih keras lagi ketika seorang kardinal Vatikan ikut bersuara agar Kardinal Roger Mahony sebaiknya tinggal di rumah saja.
Apa salah Kardinal Roger Mahony ini sehingga palang besar mesti disiapkan guna menghadang kedatangannya menuju ruang Konklaf?
Sebagai pribadi, tentu saja Kardinal Roger Mahony tidak melakukan sebuah kejahatan, apalagi kejahatan pidana seperti perilaku penyimpangan seksual. Namun sebagai Uskup Agung Diosis Los Angeles, dia dituduh diam seribu bahasa oleh para penggugat dan penuntut hukum yang mempersalahkan dia sebagai “orang yang tidak bertanggungjawab” atas perilaku amoral para pastur di diosisnya yang melakukan perilaku asusila terhadap anak-anak.
Diam atau tidak berbuat sesuatu yang signifikan misalnya menghukum para pastur bejat inilah delik aduan untuk menyalahkan Kardinal Roger Mahony selaku Uskup Agung Los Angeles kurun waktu tahun 1985-2011. Karena desakan publik ini pula, Tahta Suci kemudian melengserkan Kardinal Mahony sebagai Uskup Agung LA dan kemudian digantikan oleh Mgr. Jose Gomez sekarang.
Sebelum gaung protes ini bergema meriah, Uskup Agung LA yang baru Mgr. Jose Gomez sendiri sudah tegas menjelaskan bahwa Kardinal Mahony sudah tidak punya ‘tugas dan kewajiban publik’ apa pun karena secara hukum dia sudah bukan lagi Uskup Agung LA. Dia juga terpaksa dilengserkan dari jabatannya setelah muncul laporan pengadilan setebal 14 ribu halaman yang berisi ‘peran penting’ Kardinal Mahony dan para pastur lainnya yang terlihat sengaja menyembunyikan berbagai kasus pedofilia di keuskupannya.
Uskup Agung Diosis LA sekarang Mgr. Jose Gomez sendiri menyebut laporan pengadilan itu sebagai “bacaan yang mengerikan”.
Masalahnya beda dilihat dari perspektif lain.
Dalam usianya yang ke-76 dan moralitasnya sebagai seorang imam, tentu saja Kardinal Roger Mahony bukan “manusia jahat” sebagaimana dipersepsi banyak orang yang melihat beliau sebagai “pelindung kejahatan kelamin”. Sebagai Kardinal, dia tetap berhak datang ke ruang Konklaf untuk memberikan suaranya dalam proses eleksi paus baru.
Hanya saja, desakan kuat dari sekelompok orang katolik baik di Italia maupun di AS yang mendesak dia “sebaiknya tetap di rumah” saja juga bukan perkara sepele. Majalah terbitan Italia Famiglia Cristiana dengan terang-terangan baru saja menurunkan berita HL dengan judul sangat sengak: Mahony Affair. Majalah keluarga ini bahkan menerima ribuan email dan kawat dari para pembacanya di Italia dengan seruan sama: “Mahony sebaiknya tinggal di rumah saja!”
Kemarin, isu Mahony ini juga menghiasi koran-koran di Italia juga melansir isu besar ini yang mau tak mau ikut menyentil Vatikan merespon isu ini. Dalam wawancara dengan koran La Repubblica, Kardinal Velasio De Paolis –mantan Prefect Urusan Ekonomi Vatikan dan utusan khusus Paus untuk urusan internal perkara imamat—menegaskan pendapatnya: “Semuanya terserah pada Kardinal Mahony sendiri apakah beliau akan datang ke meja konklaf apa tidak,” kata De Paolis.
Menurut Kardinal De Paolis ini, tidak ada prosedur hukum yang melarang Kardinal Mahony untuk tidak datang pada Konklaf. “Yang biasanya berlaku hanyalah sebuah imbauan. Tak bisa dilakukan sebuah paksaan atau pelarangan. Terserah beliau hadlir atau tidak, karena sejatinya beliu berhak mengikuti Konklaf,” tambah Kardinal De Paolis.
Kalau pun ada semacam imbauan, jelas kardinal Italia ini, maka yang wajib melakukan itu adalah Paus melalui pendekatan pribadi.
Sinyal imbauan pribadi itu juga diberikan oleh Mgr. Giafranco Girotti, petugas penting di Departemen Kongregasi Ajaran Iman semasa Kardinal Ratzinger menjadi ketua unit penting ini. “Kalau saja kedatangan Kardinal Mahony ini membuat suasana makin runyam, rasanya dia mesti berpikir sebaiknya tidak usah datang saja,” kata Mgr. Girotti sebagaimana dilansir kantor berita Italia ANSA.
“Namun, sekali lagi, semua keputusan datang atau tidak ada di tangan beliau sendiri,” tambah dia.
La Caramella Buona –paguyuban orang-orang korban perilaku seksual—dengan tegas mengimbau agar Kardinal Mahony sebaiknya jangan datang ke Konklaf.
Terhadap hingar-bingar yang memrotes kedatangannya ini, dengan enteng melalui twitter-nya Kardinal Mahony menulis sebagai berikut: “Hari-hari mendatang adalah hari-hari penting untuk proses eleksi Paus Baru. Doa Anda sekalian menjadi penting dalam proses ini demi mendapatkan seorang Paus baru untuk masa kini dan sekarang,” tulisnya dalam twitter.
Kicauan twitter Kardinal Mahony ini mendadak sontak langsung direspon ribuan orang yang menulis kritik pedas dengan mengatakan: “(Tingkah laku Kardinal) sungguh memalukan. Sebaiknya Anda bertoba demi kebaikan Gereja Semesta”.
Merespon protes kencang dari para microblogger ini, Kardinal Mahony dengan tegas mengatakan dirinya dalam posisi teramat sulit untuk “menjelaskan” hal-hal yang tidak mengenakka dalam hidup ini terutama ketika dia tidak pernah menjelaskan perkara-perkara yang dituduhkan itu. “Termasuk kesulitan saya yang tidak pernah menunjukkan protes atas semua salah mengerti ini; begitu pula sulit bagi saya untuk menjadikan diri saya marah menanggapi semua tuduhan salah ini”.
“Ini sungguh persoalan sulit bagi setiap orang. Dan tak terkecuali saya juga sebagai manusia biasa,” tambahnya.
Riwayat hidup
Uskup Agung (emeritus) Diosis Los Angeles Kardinal Roger Mahony kini berumur 76 tahun. Lahir di LA tanggal 27 Februari tahun 1936, Roger Mahony menyelesaikan pendidikan di Catholic University of America dan akhirnya menerima tahbisan imamat di Fresno, California tahun 1962.
Tahun 1975-1980 dia dipercaya sebagai uskup auxilier di Fresno dan baru kemudian ditahbiskan menjadi uskup untuk Diosis Stocton, California dan menjabat uskup mulai tahun 1980-1985. Kemudian dipercaya Vatikan untuk memimpin keuskupan besar di LA dan menjadi Uskup Agung LA kurun waktu 1985-2011.
Tahun 1991, mendiang Beato Paus Yohannes Paulus II memberinya gelar kehormatan sebagai Kardinal.
Photo credit: Uskup Agung emeritus Los Angeles Kardinal Roger Mahony (Ist)
Artikel terkait: