DALAM Konklaf, apakah voting dimungkinkan?
Setelah tiga hari proses eleksi berlangsung namun ternyata jumlah suara sah yang dibutuhkan untuk ‘menghasilkan’ paus baru juga belum tercapai, maka diberikan waktu seharian penuh bagi para Kardinal ini untuk berdoa guna minta petunjuk ilahi Roh Kudus agar proses eleksi berikutnya berhasil. Pada kesempatan ini biasanya diadakan semacam puncta alias siraman rohani dari seorang Kardinal senior anggota Order of Deacons.
Kalau saja Paus baru berhasil digulirkan di sesi pemungutan suara berikutnya, maka sebuah dokumen berisi hasil-hasil pemungutan suara itu akan diberikan kepada Paus tertunjuk dan kemudian dokumen penting ini akan disimpan rapi oleh Paus tertunjuk dalam posisi “terkunci” alias dilem.
Habemus Papam!
Ketika seorang calon Paus tertunjuk berhasil diperoleh dari sebuah proses eleksi, maka sebelum semuanya dipublikasikan melalui jendela kepada dunia tentang nama Paus terpilih dan nama kepausan yang dia pilih sebagai pengganti namanya sebagai kardinal, Konklaf akan tegas menanyai kardinal terpilih ini dengan pertanyaan: “Apakah Kardinal bersedia menerima jabatan ini sesuai dengan yang diperintahkan Hukum Kanonika?”
Kalau yang terjadi adalah anggukan tanda persetujuan, maka berlanjut dengan pertanyaan kedua sebagai berikut: “Dengan nama kepausan apa, Kardinal ingin menyebut diri sebagai Paus?”.
Begitu nama kepausan diucapkan , maka setiap kardinal akan segera mendatangi Paus tertunjuk ini untuk menyatakan sikap setia dan hormatnya kepada pimpinan Gereja yang baru.
Segera setelah ritual tanda loyalitas dan hormat kepada Paus baru ini diungkapkan oleh semua peserta konklaf, maka jubah kepausan akan segera dikenakan kepada Paus tertunjuk ini.
Vatikan biasanya menyediakan sejumlah jubah kepausan dari segala ukuran untuk ‘menjawab kebutuhan’ sesaat. Bisa jadi, untuk menit-menit terakhir pun perlu dilakukan penyesuaian ukuran tubuh Paus tertunjuk.
Ternyata, tukang jahit pun berperan penting dalam proses Konklaf ini.
Nah, begitu semua aturan protokoler ini selesai dan jubah kepausan sudah dikenakan kepada Paus baru, maka melalui sebuah jendela Basilika Santo Petrus kemudian lantang terdengar pengumuman berikut ini: “Annuntio vobis gaudium magnum… habemus papam!”
“Dengan ini, kami umumkan dengan perasaan gembira luar biasa: Kita mempunyai Paus!”
Sedetik dua detik kemudian, lantas diumumkan nama kepausan yang baru dan sejurus kemudian Paus baru pun muncul di jendela untuk untuk “dipertontonkan” kepada publik.
Setelah Paus baru mengucapkan semacam salam perkenalan, maka sesuai tradisi Paus baru ini pun segera melayangkan berkat Urbi et Orbi –untuk kota Roma dan Dunia—kepada khalayak ramai yang berkumpul di Lapangan Santo Petrus, Vatikan, Roma.
Sejurus kemudian, maka masa pemerintahan Tahta Suci di bawah kepemimpinan Paus baru pun dimulai. Karpet merah pun tergelar di Vatikan tanpa disertai tahbisan.
Ingat ya, tidak ada ritual tahbisan imamat paus untuk seorang kardinal yang terpilih menjadi Paus. Ia terpilih bukan karena tahbisan, melainkan dipilih oleh Allah melalui tangan para kardinal peserta Konklaf. (Bersambung)