Pengantar Redaksi
Hari, Sabtu tanggal 24 September 2022, Paus Fransiskus berbicara di depan seribu orang muda yang sedang berkumpul di Assisi. Mereka di sana beberapa hari untuk lakukan refleksi tentang reformasi sistem ekonomi. Kepada audiens kaum muda, Paus menyerukan agar sekarang ini kita harus berani “berkorban”.
Untuk apa? Demi bisa memastikan terjadinya perubahan ekologis
Laporan oleh Loup Besmond de Senneville, Vatikan 26 September 2022
Menyapa kaum muda dewasa seluruh dunia di Assisi
Ajakan Paus Fransiskus itu disampaikan secara publik kepada para ekonom muda, pengusaha, dan peneliti akademis. Beliau antara lain katakana demikian, model pembangunan dunia harus dipermasalahkan secara serius dan juga harus diubah. Tanpa penundaan.
Paus menyampaikan seruannya itu di hadapan seribuan kaum muda dewasa dari seluruh dunia yang berkumpul di Assisi untuk pertemuan tiga hari bertajuk The Economy of Francesco.
Di situ antara lain dibahas tentang model-model eksplorasi dan cara-cara baru demi mampu pembangunan berkelanjutan dan layak secara ekologis.
“Kita tidak bisa lagi puas menunggu KTT Internasional berikutnya. Karena bumi sudah terbakar hari ini. Maka, mulai sekarang ini pula, inilah hari untuk berubah,” kata Paus yang berusia 85 tahun itu kepada mereka.
Para ekonom dan pengusaha muda menyambut Paus Fransiskus di arena Teater Lyrick dengan tepuk tangan yang terus-menerus dan sorak-sorai yang membahana.
Sangat jelas bahwa Paus sungguh mampu memindai keprihatinan serius mereka bersama mengenai semakin rusaknya lingkungan hidup.
“Kerusakan itu harus segera dipulihkan,” tegas Paus.
“Kita dibesarkan dengan mengeksploitasi (hasil) bumi dan kemudian malah juga telah mencemarkan atmosfer bumi. Hari ini, kita harus belajar untuk juga berkorban dengan jalan bersedia mengubah gaya hidup kita yang belum berkelanjutan,” lanjut paus dalam pidatonya yang mengingatkan pada Laudato Si’, ensiklik ekologis dan sosialnya terbitan tahun 2015 menjelang KTT Iklim Paris.
Paus Fransiskus mengatakanm “pengorbanan” itu jelas akan menuntut “keberanian baru”; terutama untuk “meninggalkan bahan bakar fosil” -seperti minyak dan batubara yang keduanya hasil dari perut bumi.
Paus juga berseru agar kita semua “mempercepat pengembangan sumber-sumber energi (baru) yang dampaknya zero atau atau malah berdampak positif”.
“Wajah orang-orang muda super spesialis dalam ekonomi liberal”
Berbicara kepada kaum dewasa muda karena sebagian besar masih berumur di bawah 35 tahun, Paus tanpa ragu memberikan pujiannya kepada generasi ini. Lantaran, kata Paus, mereka selalu berjiwa kreatif, optimis, dan antusias.
“Tanpa anak muda, (wajah) masyarakat dan ekonomi akan tampil menyedihkan, pesimis, dan sinis,” kata Paus.
“Jika kalian ingin melihat hal itu, maka pergilah ke universitas-universitas yang menawarkan program studi super spesialisasi dalam ekonomi liberal. Dan lihatlah wajah anak-anak muda yang ada di sana,” tambahnya.
Pada saat yang sama, Paus Fransiskus mengecam ekses-ekses dunia keuangan.
“Waspadalah terhadap praktik manajemen keuangan yang sifatnya mencekik. Kita harus mengembalikan aktivitas ekonomi ke akarnya, ke akar-akar manusianya,” demikian saran Paus.
“Syukurlah, sekarang ini kalian berada di Assisi ini,” kata Paus Fransiskus kepada orang-orang muda di depannya.
Jika generasi ini diperlukan, maka di mata Paus, ya kepada mereka itulah. Karena, generasi sebelumnya “telah mewariskan kepada kalian banyak harta kekayaan. Tetapi kita tidak tahu bagaimana harus melestarikan planet bumi ini dan sayangny kita juga tidak memelihara perdamaian”.
Orang miskin “di pusat”
Paus juga mengritik “paradigma ekonomi abad ke-20 yang telah menjarah sumber daya alam dan bumi”.
Paus juga mengatakan bahwa upaya mengadakan perubahan yang diperlukan terhadap paradigma itu ibarat kata ya mirip-mirip sama dengan pertempuran Daud melawan Goliat.
Paus juga menekankan bahwa tanpa perubahan besar dalam sistem ekonomi, maka “perubahan ekologis” tidak akan mungkin terjadi.
Generasi mendatang kena tulah sejarah
Sepanjang pidatonya, Paus berulang kali mengaitkan sistem ekonomi saat ini dengan keadaan darurat iklim.
Bila kita tidak “mempermasalahkan model pembangunan saat ini”, kata Paus, “maka yang akan terjadi adala nantinya anak-cucu kita yang akan membayar tagihan sejarah. Dan tagihan itu nilainya terlalu tinggi dan juga sangat tidak adil”.
“Diperlukan perubahan yang cepat dan tegas,” tandas Paus Fransiskus mengingatkan, sambil memohon untuk juga menempatkan orang miskin “pada pusat” visi reformasi ekonomi.
Orang-orang muda yang hadir di arena teater sempat menyela paparan pidato Paus selama beberapa kali dengan tepuk tangan. Pada satu titik momen tertentu, hal itu malah memancing tanggapan lucu dari Bapa Suci.
“Saya tidak perlu berhenti untuk mendapatkan tepuk tangan, karena yang saya butuhkan hanya bisa berlanjut untuk tetap bernafas,” ujar Paus menyeriangai tersenyum.
“Saya telah melihat dengan jelas ketidaksetaraan dalam sistem ekonomi kita”
Tamiris Cristhina Resende, seorang akademisi Brasil berusia 30 tahun yang duduk di dekat Paus Fransiskus di atas panggung, tidak mau melewatkan sepatah kata pun pidatonya.
“Seperti Paus,” kata Tamiris, “saya lahir di daerah yang sangat miskin, di belahan selatan bumi. Dan saya dengan jelas melihat ketidaksetaraan sistem ekonomi kita.”
Resende kini mengajar mata kuliah tentang kebijakan publik”di Universitas Belo Horizonte.
Selama dua tahun terakhir ini, ia terlibat dengan The Economy of Francesco, sebuah gerakan pembaruan sistem ekonomi dunia yang prakarsanya dirilis oleh Paus dan para pembantunya di Vatikan tahun 2019.
Konsep pembaharuan sistem perekonomian dunia itu dirancang untuk menantang generasi muda agar berani “berbuat banyak”.
Dalam beberapa bulan terakhir, Tamaris telah membaca teks Paus dan berefleksi tentangnya bersama ekonom dan pengusaha lain dari seluruh dunia.
Ini telah mendorongnya untuk mengembangkan kursus universitasnya dan cara dia bekerja di departemen keuangan dewan kotanya.
“Saya telah mengintegrasikan ke dalam program perkuliahan saya yakni unsur-unsur yang hampir tidak pernah saya bicarakan sebelumnya, seperti dimensi sosial dari investasi dan sisi keberlanjutan,” kata Tamaris.
“Saya mengurangi fokus bahasan tentang keuntungan yang harus dihasilkan bagi perusahaan,” tambah dosen muda ini.
Kepada Tamaris dan kepada semua orang muda lain yang berada di Assisi pada hari Sabtu itu, Paus Fransiskus mengatakan dengan sangat serius:
“Saya sangat mengandalkan kalian. Tolong, jangan tinggalkan kami sendirian, beri kami contoh.”
PS: Artikel ini diterjemahkan oleh Romo MH dari naskah berikut: https://international.la-croix.com/news/religion/pope-calls-for-the-courage-to-abandon-fossil-fuels/16651