Rabu 4 September 2024.
1Kor 3:1-9;
Mzm 33:12-13.14-15.20-21;
Luk 4:38-44
HARI ini kita sungguh bergembira karena kedatangan Bapa Suci di tanahair kita ini. Paus Fransiskus dengan sikap rendah hatinya hadir menyapa dengan ramah semua orang menyambutnya.
Rendah hati adalah sikap yang membanggakan di hadapan Allah dan manusia. Ketika Paus memilih kesederhanaan dalam kehadirannya, sikap rendah hati itu, muncul dan bisa dirasakan merasuk dalam setiap hati.
Seorang reporter salah satu stasiun telivisi mengatakan, “Paus Fransiskus tidak perlu berkotbah tentang kesederhanaan dan kerendahan hati serta misi damai, karena dari penampilannya semua itu sudah tersampaikan di hati umat dan masyarakat Indonesia.”
Paus Fransiskus melalui kehadirannya yang penuh senyum menegaskan bahwa segala sesuatu yang terjadi dalam kehidupan ini adalah anugerah dari Allah. Paus selalu bersyukur dan mengakui bahwa perjalanan bangsa-bangsa di dunia ini, termasuk bangsa Indonesia sungguh merupakan bantuan dan rahmat Allah.
Tindakan dan sikap.Paus Fransiskus mendekatkan orang akan gambaran Tuhan Yesus yang datang untuk melayani bukan untuk dilayani.
Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian, “Ketika hari siang, Yesus berangkat dan pergi ke suatu tempat yang sunyi. Tetapi orang banyak mencari Dia, lalu menemukan-Nya dan berusaha menahan Dia supaya jangan meninggalkan mereka.”
Ketika Yesus mengundurkan diri ke tempat yang sunyi untuk berdoa, ini menunjukkan sikap kerendahan hati dan ketergantungan-Nya kepada Allah Bapa. Meskipun banyak orang datang mencari-Nya, Yesus tetap fokus pada tujuan-Nya dan berdoa.
Meskipun Yesus memiliki kekuasaan yang besar, Dia tidak pernah memanfaatkan kekuasaan tersebut untuk kepentingan pribadi. Sebaliknya, Dia melayani dengan penuh kasih dan kerendahan hati, memenuhi kebutuhan orang lain tanpa mencari pujian atau keuntungan pribadi.
Kerendahan hati Yesus mengajarkan kita untuk melayani dengan tulus dan tanpa pamrih. Kerendahan hati dalam pelayanan berarti melayani dengan sikap yang sama sekali bebas dari kepentingan pribadi.
Bagaimana dengan diriku?
Apakah aku melakukan pelayanan untuk memuliakan Tuhan ataukah untuk mendapatkan pengakuan?