Perserikatan Bangsa-bangsa merupakan gereja yang sekular. Demikian pernyataan yang pernah diungkapkan Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-bangsa era 1953 – 1961 Dag Hammarskjöld dalam sebuah wawancara.
Yang ia maksud dengan pernyataan itu adalah bahwa organisasi dunia tempat berkumpulnya bangsa-bangsa di seluruh duni ini merupakan perwujudan gagasan universal, gagasan tentang kesetaraan manusia, bangsa, dan kerinduan akan perdamaian.
Sekjen asal Swedia itu dikabarkan menghabiskan waktu tiga minggu pertama masa tugasnya untuk berkunjung dan berjabat tangan dengan 3,000 orang di sekretariat PBB.
Peringatan 50 tahun wafat mantan sekjen PBB
Sebagaimana dilaporkan oleh Vatican news www.news.va, pada bulan September masyarakat Swedia dan dunia memperingati 50 tahun wafatnya. Beliau wafat dalam kecelakaan pesawat di Ndola, Zambia, saat menjalankan tugas. Dia secara anumerta dianugerahi Hadiah Nobel Perdamaian.
Dag Hammarskjöld dikenal sebagai pembela perdamaian dunia yang berani dan pembela hak Negara-negara kecil. Selama masa jabatannya, ia memperkenalkan diplomasi diam untuk membuka debat yang bisa menimbulkan konflik lebih dalam.
Hammarskjöld juga menggagas penggunaan angkatan perdamaian PBB dan kebijakan ini menjadi ciri tetap dalam usaha penjagaan perdamaian PBB. Selama masa jabatannya, beliau berhasil memperbaiki beberapa krisis dunia, misalnya krisis di Suez tahun 1956, konflik di Libanon dan Laos. Saat perang saudara di Kongo, beliau secara pribadi mencoba menengahi mereka yang bersengketa dan meminta pengiriman pasukan perdamaian PBB.
Sama dengan Paus
Pandangan Dag Hammarskjöld tentang kebebasan ternyata sama dengan yang dikatakan oleh Joseph Ratzinger, Paus Benediktus XVI. Menurut beliau, Kebebasan tidaklah sama dengan individualisme tanpa dikekang, tetapi keberanian dan kerendahan hati untuk mengikuti panggilan dan hidup sesuai dengan hati nurani. Jalan Dag Hammarskjöld menuju Tuhan jelas merupakan jalan Kristiani, demikian tertulis dalam situs berita resmi Vatikan.