[media-credit name=”travelblissful.com” align=”alignright” width=”300″][/media-credit]NEW YORK, SESAWI.NET – Filosof Aristoteles pernah menyebutkan bahwa kebahagiaan merupakan tujuan hidup setiap manusia yang kemudian diamini oleh banyak pemikir dan orang-orang pintar dan bijak sesudah zamannya.
Karena itu, lembaga dunia seperti Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) tak perlu berpikir terlalu lama untuk menyatakan bahwa poin tersebut memang benar adanya.
Tak heran, dalam Sidang Majelis Umum Selasa (19/7), PBB mensahkan satu resolusi tentang “kebahagiaan” yang dikatakan sebagai hal penting bagi terciptanya pertumbuhan ekonomi dan kemajuan sosial.
Mereka menyebut resolusi itu sebagai “pengejaran kebahagiaan” yang merupakan “tujuan paling mendasar dalam hidup manusia”.
Resolusi itu mengakui bahwa persoalan kebahagiaan ini merupakan tujuan universal. Artinya setiap orang, setiap bangsa di mana saja pasti mengejarnya. Maka, semangat ini pun tercantum dalam Sasaran Pembangunan Millenium (MDGs) PBB yang disepakati oleh masyarakat internasional sebagai tujuan pembangunan.
Resolusi ini menyerukan “pendekatan yang seimbang” menuju pertumbuhan ekonomi yang dapat menghasilkan pembangunan yang berkesinambungan, pemberantasan kemiskinan dan pencapaian kebahagiaan serta kesejahteraan bagi seluruh umat manusia di planet bumi ini.
Alat ukur tambahan
Resolusi ini juga mengundang badan dunia tersebut untuk “menemukan alat-alat ukur tambahan yang bisa dielaborasi dan mampu menangkap apa saja yang bisa dijadikan sebagai penanda kebahagiaan dan kesejahteraan untuk kemudian dijadikan pedoman dalam membuat kebijakan publik.”
Lhatu Wangchuk, duta besar Bhutan untuk PBB yang negaranya menjadi ko-sponsor resolusi ini menyebutkan bahwa resolusi ini ” diilihami oleh keyakinan bahwa kita butuh untuk mulai mendiskusikan satu topik yang saat ini sedang hangat di PBB ini.”
“Draf resolusi ini merefleksikan semangat yang begitu penting dan mengundang semua untuk mengelaborasi alat ukur-alat ukur tambahan yang mampu menangkap dengan lebih baik kebahagiaan dan kesejahteraan dengan satu pandangan untuk menjadikannya sebagai kebijakan publik,” jelas Wangchuk.
Wangchuk juga menyebutkan bahwa Bhutan telah menawarkan satu panel diskusi yang membahas khusus tentang persoalan ‘kebahagiaan’ dan ‘kesejahteraan’ ini pada sesi Sidang Majelis Umum lanjutan pada September mendatang.