Masalah perilaku hidup bersih dan sehat memang menjadi persoalan pokok dan penting di kampung-kampung pedalaman Asmat, Papua. Tak heran bila semua itu mewujud dalam beragam penyakit yang muncul seperti batuk, penyakit kulit “dollar”, cacingan, sesak napas, asma, bronkitis.
Selama dua minggu (13-27 Oktober) melakukan bakti kasih dengan aktivitas yang dilakukan antara lain pengobatan massal, pembagian sumbangan dan pembinaan anak, Kelompok Bakti Kasih Kemanusiaan (KBKK) menemukan bahwa selain perilaku, lingkungan yang menyebabkan semua itu juga makin memperparah kondisi.
Ambil contoh misalnya rumah tinggal yang didiami sebagian besar warga kampung pedalaman Yamas atau Yaosakor. Dalam satu ruangan rumah panggung yang berukuran kurang lebih enam kali lima, tiada sekat dengan alas papan dan atap seng atau rumbia mereka tidur bercampur dengan tungku api.
“Tungku ini dimaksudkan agar mereka tidak kedinginan di malam hari sekaligus untuk mengusir nyamuk asapnya,” ujar Deddy Maulana OSC, rohaniwan yang tinggal di pedalaman Yaosakor sejak bulan Maret lalu ini.
Kondisi makin memprihatinkan dengan kebiasaan merokok yang bisa dipastikan dilakukan oleh hampir setiap lelaki bahkan perempuan dewasa. Agak miris rasanya saat melihat ibu-ibu (ada tiga ibu) yang biasanya dipanggil mama mengisap rokok di sela-sela kegiatan SEKAMI (Serikat Kepausan Anak dan Remaja Misioner).
Tak heran bila penyakit yang mereka sebut “hosa” dengan gejala sesak napas mereka alami. “Ya ini termasuk gejala asma, bisa juga bronkitis,” ujar Dr. Irene Setiadi SpKK Ketua KBKK.
Selain itu, kata Deddy, sabun cuci dan sabun mandi bagi mereka bukan hal yang biasa. Anak-anak sudah terbiasa mandi di kali yang tentu saja warnanya sangat cokelat. Tentu saja tak perlu sabun untuk itu. Tapi, itulah yang mereka sebut membersihkan diri. Main-main di kubangan lumpur lalu makan itu juga hal yang biasa buat anak-anak. Bahkan kalau kegiatan itu dilihat oleh orangtua mereka, semua itu tidaklah masalah. Mereka bahkan diam saja.
Anak-anak yang bermain tanpa sandal dengan ingus meler menghijau naik turun terus-menerus di ujung hidung mereka dan perut buncit merupakan pemandangan yang lumrah. Mungkin dengan jalanan berpapan kayu besi selebar trotoar akan menyulitkan langkah mereka bila menggunakan sandal.
Pakaian yang tampak dekil dan kumal bahkan untuk seragam sekolah yang mereka miliki seolah menjadi hal biasa. Ya, inilah pemandangan di salah sudut negeri kita yang katanya sudah merdeka 66 tahun lamanya. Buat usia manusia, tentu saja 66 tahun merupakan usia yang sudah sangat dewasa kalau tidak mau dibilang tua.