Peduli Ibu-ibu Hamil dan Kesehatan Bayinya

0
267 views
Ilustrasi - Hamil. (Challies)

BAPERAN-BAcaan PERmenungan hariAN

Selasa, 21 Desember 2021.

Tema: Ke-ilahi-an insani.

Bacaan

  • Kid. 2: 8-14.
  • Luk. 1: 39-45.

RAHIM tempat istimewa awal kehidupan. Tempat yang paling aman dan nyaman untuk bertumbuh dan matang sebelum terlahir.

Betapa tidak. Ia menyerap hidup ibunya. Cinta dan pengurbanan, sukacita dan prihatin, duka dan penderitaan ibunya membentengi hidupnya untuk tumbuh.

Tak ada kata lain selain, “Terimakasih Mam”.

Demikian dengan kerahiman Allah. Sebuah “ruang suci” di mana orang dapat berhimpun memuji-Nya dan bersyukur. Bukan karena kebaikan dan perbuatan baiknya semata.

Kasih Tuhan. Satu-satunya alasan.

Rahim, surga kecil dalam diri manusia. Tempat benih kehidupan berwujud janin mendapat kehidupan dan berkembang sebagai manusia.

“Engkaulah yang membentuk buah pinggangku, menenun aku didalam kandungan ibuku. Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang Kaubuat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya.” Mz 139: 13-14.

“Sibuk sekali ya?”

“Ya, nggak begitu Romo. Hanya membungkus bahan makanan bayi sebagai ungkapan kasih untuk beberapa keluarga kecil.”

“Maksudnya?”

“Iya keluarga kami memutuskan memberi asupan yang lebih bergizi bagi ibu-ibu yang sedang hamil dari keluarga yang menurut kami perlu dibantu.

Jadi setiap bulan kami mengirim sesuatu untuk bayi yang dikandung oleh ibu-ibu. Kami harap bayi lebih sehat. Pertumbuhan janin juga baik. Tidak banyak Romo. Hanya lima keluarga.”

“Kenapa melakukan hal itu?”

“Hati saya tergerak. Ketika kami kunjungan, kami menemukan seorang ibu yang badannya sangat memprihatinkan. Ia mempunyai bayi. ASI-nya tidak keluar.

Kalau mereka punya uang, mereka baru bisa membeli susu sasetan untuk anaknya. Jika tidak, hanya diberi air putih dicampur dengan air tajin.

Saya membicarakan kepada suami dan anak-anak. Mereka spontan setuju. Minimal membelikan susu dan bubur bagi anak-anak yang di bawah umur satu tahun.

Kami memantaunya dengan senang. Kami melihat anak kecil bertumbuh dengan sehat. Badannya lebih berisi. Untuk keluarganya, kami hanya membantu beras.

Beberapa keluarga yang kami kenal diajak. Kami sepakat membuat sebuah kelompok pemerhati. Hasil sangat mengagumkan. Kami punya lima keluarga binaan. Kalau tambah pun kami juga menyanggupi. Ada yang dipekerjakan di toko mereka.

Kami tidak dapat berbuat banyak. Hanya ketersentuhan kecil. Kami hanya aktif di Posyandu di kampung kami. Kami pun dapat bantuan dari teman-teman yang setiap bulannya berbeda.

Kami masak sendiri dan membawanya ke Posyandu dan dibagikan kepada anak-anak

“Apakah pernah menceritakan pengalaman manusiawi ini ke paroki?”

“Sudah. Bahkan sudah menjadi program sosial paroki untuk memperhatikan mereka. Kami berbagi tugas dan berbagi tanggungjawab: siapa membantu apa?

Yang menarik, ketika satu bayi sakit. Kami membawa ke dokter bersama keluarganya. Awalnya keluarga keberatan. Mengingat biaya. Kami bilang nanti kita bicarakan ke pak dokter.

Seperti biasa kami mendaftar dan ketika diperiksa oleh dokter dengan begitu banyak nasihat dan obat, kami pun bercerita tentang keluarga ini.

Tiba-tiba dokter itu berkata, ‘Silahkan datang setiap saat. Tidak usah pikir soal biaya. Penting datang dan anak sembuh, ya’

Pernyataan itu bagi kami sangat mengharukan.  Kami merasa Tuhan menyentuh hati pak dokter. Dan memanglah terjadi di kemudian hari. Bahkan dokter membantu biaya sekolah satu dari anak keluarga ini.

Begitulah kisah awal dan cerita selanjutnya.”

“Apa ada gerakan hati lain?”.

“Iya Romo. Kami hanya memperhatikan janin. Kami kan perempuan. Kami tahu susahnya ketika sedang hamil. Tidak dapat bekerja, selain merawat janin dengan baik. Dari hal-hal kecil ini, hati dan iman kami bertumbuh.”

Di Injil dicatat, “Dan berbahagialah ia, yang telah percaya.”

Tuhan, berkatilah janin-janin di dalam rahim para wanita. Terimalah mereka yang tanpa dosa telah digugurkan. Amin.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here