PEKAN Misi Nasional 2016 baru saja diselenggarakan di Keuskupan Weetebula dengan tema “Gereja Misioner, Saksi Kerahiman”.
Pekan Misi Nasional diadakan pertama kalinya di Indonesia pada tahun 2016 atas inisiatif Komisi Karya Misioner KWI. Gagasan ini muncul dalam rapat Pengurus KKM KWI tahun 2015. Idenya adalah membangkitkan, memperbaharui semangat misioner seluruh umat beriman, mengajak umat berdoa untuk karya misi di seluruh dunia dan semakin banyak umat katolik mengenal bulan Oktober sebagai Bulan Misi sebagaimana diinisiasi oleh Paus Pius XI tahun 1926.
Pekan Misi Nasional 2016
Memeriahkan Pekan Misi Nasional 2016, panitia lokal mengadakan beberapa kegiatan yang dimulai sejak bulan September 2016. Di antaranya perlombaan pidato dengan tema “Potret Budaya Sumba di mata Kaum Muda” dan “Kaum Muda dan Tugas Misioner di Zaman Globalisasi”. Lalu ada perlombaan lagu dan gerak untuk temu Minggu, Sekami dan cerdas cermat dengan materi mengenai pengetahuan misi. Perlombaan diadakan dari tingkat paroki, lalu tingkat dekenat sampai puncaknya di tingkat Keuskupan yang diselenggarakan pada tanggal 22 Oktober 2016 di Paroki Sang Penebus, Waingapu.
Selain perlombaan, juga berlangsung Seminar Keluarga Misioner oleh KKM KWI, Retret Pasangan Suami-istri oleh tim yang dipimpin Joppy Taroreh, kegiatan bakti kasih dan seminar kesehatan oleh Kelompok Bakti Kasih Kemanusiaan (KBKK) pimpinan dr.Irene Setiadi.
- Retreat pasangan suami-istri diadakan pada tanggal 18-20 Oktober 2016 di Pusat Pastoral Kotikuloku bersama Joppy Taroreh dan Retret pasangan suami-istri ini berlangsung dengan sangat baik dimana tim Joppy Taroreh diminta dapat hadir kembali memberi pedampingan bulan Januari 2017 di Keuskupan Weetebula.
- Seminar keluarga misioner diadakan di dua tempat yakni Gedung Serba Guna Dekenat Weetebula pada tanggal 20 Oktober 2016 dan SMAK Andaluri, Waingapu pada tanggal 21 Oktober 2016. Narasumbernya adalah RD D. Herman Punda Panda (imam diosesan Keuskupan Weetebua yang saat ini menjadi dosen Fakultas Filsafat UNWIRA dan Preases Seminari Tinggi St. Mikhael Kupang) dan RD Markus Nurwidipranoto (Sekretaris Eksekutif KKM KWI).
RD Dr. Herman Punda Panda membawakan materi dengan judul “Keluarga: Kearifan Budaya dan Kerahiman Gereja”. Ia menerangkan bahwa keluarga di Sumba menganut sistem kabizu (se-marga/clan) patrilineal (menurut garis keturunan ayah). Karena itu, kata dia, di Sumba tradisi patriarkat sangat kuat.
Karena unsur budaya yang sangat kuat, peserta diminta untuk dapat memilah mana yang benar-benar bermartabat untuk bisa dipertahankan dan mana yang perlu diubah. Budaya adalah daya cipta manusia, tidak selamanya sempurna, ada yang masih perlu diperbaiki, ditingkatkan karena dalam perjumpaan dengan Injil Yesus Kristus, semuanya perlu “diangkat dan dimurnikan”.
RD Markus Nur Widi Pranoto mengambil tema “Keluarga Misioner dalam Multikulturalisme Indonesia”. Ia menekankan keluarga kristiani adalah komunitas para murid yang diutus.
Keluarga merupakan perwujudan Gereja Misioner yang bergerak keluar dengan keberanian mengambil langkah pertama, yang terlibat dalam hidup masyarakat, yang berbuah dan sukacita. Di tengah masyarakat multikultural, keluarga kristiani menjadi pioner dan promotor. Mereka menjadi fasilitator dan jembatan kemanusiaan diagonal untuk saling mengakui kekhasan masing-masing, saling menghargai, menghormati, jujur dan terbuka untuk mengembangkan hidup adil, damai dan beradab. Dengan demikian, kata Romo Nurwidi, keluarga kristiani menjadi tulang punggung jemaat sekaligus tulang punggung masyarakat multikuturalisme serta berpusat pada Kristus.
Karya KBKK
Kelompok Bakti Kasih Kemanusiaan (KBKK) juga hadir di sepanjang Pekan Misi Nasional 2016 ini. Kelompok katolik peduli keanusiaan ini datang untuk memberi pelayanan kasih dalam bentuk pengobatan gratis, pemberian kebutuhan pokok, ceramah kesehatan serta kunjungan ke panti asuhan.
Pengobatan gratis dan bantuan kebutuhan pokok dilakukan di dua tempat. Yakni, di Tanabanas, Waingapu pada tanggal 21 Oktober dan di Kecamatan Kambata-Mapambuhang, Waingapu pada tanggal 22 Oktober 2016.
Pengobatan gratis dan bantuan kebutuhan pokok ini sungguh dirasakan bermanfaat, terlebih bagi masyarakat yang kurang mampu dan tinggal di daerah yang rawan pangan. Antusiasme masyarakat terlihat dari antrian yang panjang untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dan kebutuhan pokok. Terlihat wajah gembira mereka yang telah selesai dilayani oleh tim KBKK.
Seminar kesehatan
KBKK menggelar seminar tentang bahaya narkoba, pergaulan bebas dan HIV. Seminar ini berlangsung di dua tempat yakni di Aula SMK Pancasila pada tanggal 20 Oktober 2016 dan SMAK Andaluri pada tanggal 22 Oktober 2016, Waingapu dengan peserta 200-300 anak SMA dengan pembicara dr.Irene Setiadi (Ketua KBKK). Pembahasan mengenai Narkoba, Pergaulan Bebas dan HIV diberikan oleh tim KBKK untuk memberikan penyadaran akan bahaya dari 3 unsur ini dimana dapat merusak masa depan anak muda untuk meraih cita-citanya. Antusiasme peserta sangat tinggi dimana banyak sekali yang mengajukan pertanyaan.
Untuk memeriahkan Pekan Misi Nasional 2016, tanggal 22 Oktober 2016 panitia mengadakan Pagelaran Budaya Sumba di Paroki Sang Penebus, Waingapu dengan menampilkan tarian khas Sumba. Bagi para tamu dari luar Sumba, ini merupakan hal menarik tentang kekayaan budaya Sumba.
Hadir Dirjen Bimas Katolik, Eusabius Binsasi, untuk memberikan dukungan bagi perkembangan misi di Indonesia.
Puncak Hari Misi Sedunia
Puncak Hari Minggu Misi Sedunia pada tanggal 23 Oktober 2016 dilaksanakan dalam bentuk Perayaan Ekaristi di Gereja Katolik Sang Penebus, Waingapu. Misa konselebran dipimpin oleh RP. Raymundus Sudhiarsa SVD (Wakil Ketua Komisi Karya Misioner KWI), didampingi oleh RD Markus Nur Widipranoto (Sekretaris Eksekutif KKM KWI) dan Rm. Simon Tenda, CsSR (Ketua Pusat Pastoral Kotikuloku dan juga Pengurus KKM KWI) serta 15 imam dari Keuskupan Weetebula.
Dalam homilinya, RP. Raymundus Sudhiarsa SVD menekankan bahwa dalam bermisi kita harus keluar dari diri sendiri, keluar dari kelompok kita atau keegoisan diri. Bermisi berarti mempersembahkan hidup kita untuk menolong orang lain.
Anak-anak Sekami turut memeriahkan perayaan ekaristi dengan menyanyikan lagu-lagu misioner dengan penuh semangat serta melambaikan bendera warna merah putih dan warna putih kuning. Warna putih kuning melambangkan simbol Vatikan. Jadi, suasana semangatnya 100% Indonesia dan 100% Katolik).
Akhir dari perayaan Ekaristi adalah saat yang paling ditunggu oleh anak-anak dimana dibacakan pengumuman pemenang lomba lagu dan gerak, pidato, dan cerdas cermat pengetahuan misi. Terlihat kegembiraan anak-anak yang namanya dibacakan dan juga kegembiraan seluruh umat di dalam merayakan Hari Pekan Misi Nasional 2016.
Kredit foto: Ist