Pelajar SMP dan SMA Paroki Mena Ikuti Pelatihan Menulis

0
449 views

MENJADI  penulis yang andal tidak bisa begitu saja. Butuh kemauan untuk menulis terus menerus, latihan yang tiada henti.

“Untuk menjadi seorang penulis atau jurnalis, kita harus lebih banyak melakukan latihan,”ujar Pastor Paroki Mena, Rm. Kanis Oki, Pr. di hadapan 60 pelajar SMP dan SMA se-Paroki Mena dalam pembukaan Pelatihan Jurnalistik, Selasa(2/8/2016) di Aula Paroki Mena, Atambua.

Di aula beratapkan daun gewang para pelajar dari lima SMP (SMP 2 Biboki Selatan, SMP SATAP Negri Mausak, SMP SATAP Negri Ketapan, SMPN SATAP Oesoko, SMP SATAP Negri Oesusu) dan dua SMA (SMAN Oekolo, serta SMAN Pantura) bakal berlatih selama dua hari mulai Selasa hingga Rabu 3 Agustus.

Untuk membangkitkan semangat para peserta RD Kanis mengungkapkan, media massa terutama yang berperan di dalamnya wartawan, kerapkali membesarkan nama seseorang hingga dikenal di mana-mana.

Kanis mengambil contoh Presiden Jokowi. Yang tadinya bukan apa-apa, hanya seorang walikota di sebuah kota kecil. Jokowi berhasil menarik simpati dan menjadi media darling bagi para wartawan.

“Adik-adik yang terkasih, kalau menjadi penulis, Anda bisa membantu membesarkan nama seseorang lewat tulisanmu. Bapak Presiden Jokowi itu menjadi orang yang tenar karena bantuan pemberitaan dari media massa. Dan itu hanya dilakukan oleh seorang penulis atau jurnalis,”jelasnya.

Sekretaris Komisi Komunikasi Sosial Keuskupan Atambua, RD Marley Knaufmone, Pr beserta tim yang terdiri sepuluh guru dan Frater Sonny Akoit yang sedang menjalani Tahun Orientasi Pastoral (TOP) di Paroki Mena menjadi pembimbing para siswa untuk dua hari pelatihan ini.

Berbagai materi tentang Berita & Nilai Berita, Bentuk Berita, Syarat Kerja Wartawan, Bagaimana Menulis Berita dan Menulis Profil disampaikan. Untuk lebih ‘mendaratkan’ materi, para peserta dibagi dalam tujuh kelompok berdasarkan asal sekolah.

Antusias

Dari pengamatan, kebanyakan dari mereka nampak antusias mengikuti kegiatan. “Saya merasa senang karena hari ini baru tahu bahwa 5W1H itu menjadi unsur penting dalam menulis sebuah berita,”kata Venty Kolne salah satu peserta.

Yang lain mengungkapkan “Saya merasa bangga karena dengan mengikuti kegiatan ini saya bisa tahu bagaimana cara menulis sebuah berita,”ungkap Polma Uskono.

Siswa bernama Melan Taolin demikian halnya. “Dengan mengikuti kegiatan latihan jurnalistik ini saya merasa lebih termotivasi untuk menulis, dengan lebih dahulu banyak membaca tentunya,”tutur Melan.

Setali tiga uang dengan yang lain, Frid Sengkoen, seorang guru pendamping melontarkan harapannya. “Kalau bisa kegiatan ini dilakukan tiga bulan sekali, supaya anak-anak dan kami para guru pun turut belajar. Apalagi mading di sekolah kami belum pernah terbit. Semoga dengan kegiatan ini, paling kurang mading bisa terbit di sekolah kami,”ujarnya.

Di sela-sela kegiatan pelatihan, Romo pendamping dan para peserta membuat kesepakatan untuk mempublikasikan hasil kegiatan ini di majalah dinding (mading) paroki dan sekolah.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here