JIKA pelatihan public speaking sudah terdengar umum, maka pelatihan public speaking daring bisa jadi merupakan sebuah inovasi.
Terlebih di konteks masa pandemi seperti sekarang, ketika berbagai kegiatan publik bergeser ke ruang virtual.
Komisi Komunikasi Sosial Konferensi Waligereja Indonesia (Komsos KWI) jeli melihat pentingnya aktivis Komsos; baik awam maupun rohaniwan. Dengan tujuan, agar mereka nantinya mampu terampil bicara publik di ruang daring.
Karena itu, Komisi Komsos KWI lalu berprakarsa menyelenggarakan pelatihan public speaking secara daring.
Pelatihan public speaking daring dilaksanakan selama dua hari, tanggal 18-19 Agustus 2021.
Pelatihan ini difasilitasi oleh Frans Budi Santika (Budi), master trainer public speaking dari HeartSpeaks Indonesia.
Hasil dari pelatihan ditargetkan agar peserta lebih lancar, elegan, interaktif, menarik, dan efektif berbicara di depan publik melalui media video conference.
Peserta banyak
Kurang lebih sebanyak 340 peserta menjadi jumlah terbanyak dari orang yang hadir dalam penyelenggaraan dua hari pelatihan tersebut. Para peserta tidak hanya berasal dari kota-kota besar.
Namun juga dari berbagai penjuru Indonesia. Sehingga tips untuk mengatasi kendala jaringan internet pun dibahas karena juga sesuai dengan situasi peserta.
Komunikasi interpersonal
Hal mendasar yang disampaikan oleh Budi saat mengantar pertemuan di hari pertama adalah kesadaran bahwa konferensi video yang biasa dilakukan umat di masa pandemi ini sebenarnya bentuk komunikasi interpersonal yang bersifat publik.
Bayangkan seseorang berkomunikasi dengan kerabatnya menggunakan video call kemudian mengunggahnya di YouTube.
Komunikasi via video call dengan kerabat merupakan bentuk komunikasi interpersonal, komunikasi yang dilakukan antara satu orang dengan orang lain.
Pada saat rekaman video tersebut diunggah ke YouTube dan bisa diakses oleh banyak orang, komunikasi daring interpersonal sebelumnya otomatis menjadi komunikasi publik.
Setelah Budi menyadarkan hal tersebut, peserta kemudian diajak untuk lebih memahami bagaimana berperilaku di ruang virtual yang layak, terlebih ketika menjadi pembicara.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain proporsi tubuh pembicara di tampilan layar, pemilihan virtual background yang sesuai konteks, dan bagaimana pembicara memposisikan mata terhadap kamera dan layar di saat bicara atau mendengar.
Empat bagian
Materi yang disampaikan Budi secara garis besar terbagi dalam empat bagian.
- Pertama, bagaimana peserta menguasai materi untuk meminimalisir kegugupan saat bicara di depan umum.
- Kedua, mengenali gaya komunikasi diri sendiri supaya lebih orisinil di depan audiens.
- Ketiga, strategi untuk membuat audiens bertahan di ruang virtual.
- Terakhir, mengenali audiens agar pembicara mampu mengendalikan forum virtual.
Budi tidak sendirian dalam membawakan pelatihan.
Terdapat tiga fasilitator lainnya dengan peran yang berbeda, yaitu Agung Kris dan Patrick sebagai host, serta Istoto Suharyoto sebagai moderator.
Kegiatan pelatihan ini berdurasi tiga jam per hari, dari pukul 17.00-20.00 WIB.
Dengan demikian peserta yang terlibat penuh, telah mengalokasikan enam jam dalam dua hari berturut-turut untuk meningkatkan kemampuan bicara publik secara daring.
Para fasilitator bisa dibilang berhasil mensimulasikan dengan baik kepada peserta, bagaimana kegiatan pelatihan daring dapat dilakukan dengan memikat.
Terbukti hingga akhir pertemuan di hari ke-2, partisipasi peserta masih sangat tinggi. Hal ini tampak dari aliran deras respon peserta di kolom chat di kala fasilitator memberikan stimulus pertanyaan.
Tidak hanya itu, sebagian besar peserta pun memenuhi komitmen on camera. Capaian ini menjadi semakin luar biasa mengingat latar belakang peserta pelatihan sangat bervariasi, baik dari segi usia, domisili, pendidikan, dan profesi.
Budi menutup kelas pelatihan public speaking daring dengan menantang peserta melalui pertanyaan. “Ingin menjadi public speaker seperti apakah Anda?”.
Namun peserta diminta menjawab pertanyaan tersebut dengan mengirimkan rekaman video diri mempraktikkan berbagai ilmu dan tips public speaking daring yang sudah dibagikan.
Romo Steven Lalu Pr, selaku Sekretaris Eksekutif Komisi Komsos KWI, memberi berkat penutup di akhir pertemuan hari kedua.
Profisiat tim Komsos KWI.
Semoga pelatihan public speaking daring yang terselenggara dengan baik tidak sekedar menjadi tambahan keterampilan bagi para aktivis Komsos se-Indonesia. Tetapi juga suntikan semangat untuk mewarta bebas batas di tengah kondisi pandemi yang penuh ketidakpastian.