Pelayanan Membutuhkan Kerendahan Hati

0
413 views
Ilustrasi - Post power syndrome (Ist)

Selasa, 10 Agustus 2021

2Kor.9:6-10.
Yoh.12:24-26

REGENERASI dalam kepengurusan dan pelayanan di Gereja sulit terjadi, jika ada orang-orang yang merasa punya pengalaman dalam pelayanan dan tidak mau digeser.

Seringkali keadaan menjadi lebih rumit karena ada orang yang melihat diri senior dan sangat berjasa dalam pengembangan Gereja.

Suatu hari, saya diajak bicara dari hati ke hati oleh seorang aktivis yang sudah melayani Gereja hampir 25 tahun.

“Romo, saya merasa kebijaksanaan untuk mengganti Prodiakon dan pengurus gereja lainnya terlalu dipaksakan,” kata bapak itu.

“Rencana penggantian ini sudah direncanakan jauh-jauh hari. Bahkan menjadi salah satu keputusan rapat pleno tahunan,” jawabku.

“Hanya saja, kriteria yang dibuat sepertinya dengan sengaja mau mempensiunkan kami yang tua-tua,” sahutnya.

“Tidak ada yang dipensiunkan. Tetapi biar ada rotasi dan pemerataan pelayanan di bindang lain,” jelasku.

“Semakin banyak umat yang terlibat dalam hidup menggereja semakin baik. Apalagi jika mau bergiliran di bebagai bidang yang ada,” kataku lagi

“Tidak semua orang punya bakat dan minat serta ketartarikan untuk melayani di bidang yang asing dan perlu ketrampilan khusus,” katanya.

“Saya kira tidak ada bidang yang asing. Semua bidang bisa kita pelajari dan kita ikuti asal mau menyesuaikan diri, dan belajar lagi,” jawabku.

“Intinya perlu kerendahan hati, tidak merasa karya pelayanan itu sebagai kapling milik sendiri,” ujarku lagi.

“Kami tidak keberaratan pensiun Romo. Apalagi, jika kami sudah menemukan orang yang tepat untuk mengganti kami,” kata bapak itu.

“Itu tugas kami untuk melihat orang yang punya potensi untuk pelayanan tertentu. Bapak tidak perlu kuatir,” jawabku.

Tidak semua orang senang diajak untuk belajar lagi dengan hal-hal yang baru. Apalagi jika itu berkaitan dengan zona nyaman seseorang.

Pengalaman terlibat di banyak bidang pelayanan di Gereja akan membantu kita semakin rendah hati dalam pelayanan.

Gereja ini tidak berjalan mundur ke masa lalu dengan pengulangan. Namun harus maju ke depan dengan segala kemungkinan baru termasuk bagaimana mengajak umat yang lain ikut terlibat.

Apakah aku bisa memberikan diri untuk apa yang dibutuhkan Gereja bukan hanya apa yang ingin saya lakukan?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here