Senin, 27 September 2021
- Za.8:1-8.
Mzm. 102:16-21.29.22-23.
Luk.9:46-50
KEBESARAN seseorang ditentukan bagaimana sikap hatinya.
Kadang mereka yang dianggap paling kecil di dalam kehidupan masyarakat justru dialah yang paling banyak berbuat kebaikan dan membantu sesamanya.
Dengan segala kesederhanaan, mereka hadir dan menolong sesama yang memerlukan.
Mereka membantu bukan hanya sekedar dengan barang, namun mau mendengarkan kepedihan dan keresahan sesamanya.
Dalam sebuah acara syukur 50 tahun pernikahan, saya bertanya pada pasutri yang merayakannya. Resep keharmonisan dan keteguhan dalam menjalin kasih hingga sampai 50 tahun.
“Resepnya adalah selalu bersyukur, atas semua yang terjadi setiap hari,” kata pasutri itu
“Isteriku adalah malaikat yang mengajari saya untuk bersyukur. Karena dengan gaji seorang guru, isteriku bisa mengatur keuangan untuk biaya hidup dan pendidikan anak-anak,” lanjutnya.
“Bisa menjalani hidup per bulan, dengan cukup sudah menjadi sebuah anugerah yang kami selalu syukuri,” katanya.
“Akhirnya bukan soal banyaknya rezeki yang membuat kami hidup tenang dalam cinta kasih melainkan ketika kami dalam keadaan untung maupun malang bisa saling menguatkan dan meneguhkan,” lanjut isterinya.
“Hadir untuk membantu dan menjari penolong bagi yamg lain. Itulah yang selalu kami lakukan,” lanjut isterinya
“Sejak dulu rumah kami terbuka bagi orang lain yang membutuhkan bantuan kami,” katanya.
“Kini setiap bulan kami bisa menyisihkan sebagian dari uang pensiun kami untuk persembahan Gereja,” kata bapak itu.
“Sejak saya masih aktif mengajar, saya punya niat untuk menjadi saluran berkat bagi sesama. Kami selalu menyediakan waktu dan tenaga untuk membantu orang lain,” lanjutnya
“Namun setelah saya pensiun, dan kemudian tenagaku tidak sekuat dulu, maka saya berusaha mempersembahkan sesuatu yang nyata untuk Gereja,” ujarnya
“Ini semua saya lakukan sebagai bentuk syukur, atas kesehatan yang saya terima serta berkat untuk anak-anak dan cucu-cucu,” lanjutnya.
Hari ini kita dengar bacaan dari Injil,”Siapakah yang terbesar di antara kalian?”
Ketika Yesus yang menyaksikan pertengkaran di antara murid-Nya.
Sebagai manusia, nampaknya secara diam-diam para murid memperebutkan ‘jabatan’ di antara mereka.
Yesus mengetahui pikiran mereka, kemudian Ia mengambil seorang anak kecil dan membopongnya.
Yesus mengatakan:”Barangsiapa menerima anak ini demi Nama-Ku, di menerima Aku. Dan barangsiapa menerima Aku, menerima Dia yang mengutus Aku. Sebab yang terkecil di antara kalian, dia yang terbesar”.
Anak kecil, atau orang lain yang tidak berdaya dan merupakan yang paling kecil di mata dunia adalah paling besar dalam Kerajaan Allah.
Karena mereka seringkali begitu fokus mempersembahkan sesuatu yang paling berharga dari dirinya kepada Tuhan.
Niat hati orang kecil itu jelas, yakni mensyukuri apa yang telah mereka terima dalam hidup mereka dengan persembahan yang nyata dari diri mereka.
Orang-orang kecil dengan mudah mengalami cinta Tuhan yang mereka alami, dan dengan kesadaran penuh mau membalas cinta itu dengan pelayanan kepada Tuhan.
Bagaimana dengan diriku?
Apakah pelayananku tulus dari kerinduanku untuk bersyukur pada Tuhan?