“Lalu Yesus berkata kepada mereka, ‘Orang membawa pelita bukan supaya ditempatkan di bawah gantang atau di bawah tempat tidur, melainkan supaya ditaruh di atas kaki dian.’” (Mrk 4, 21)
HARI Senin sore kemaren saya mengikuti perayaan 200 berdirinya Kongregasi OMI di Cilacap bersama beberapa teman. Kami pulang sekitar pukul 20.00 menyusur Jl. Manganti, menuju Purwokerto.
Dalam sebuah ruas jalan, sopir berkata, “Pemasangan lampu kok malah jauh dari badan jalan. Apa gunanya?”
Saya memang melihat bahwa lampu jalan memang dipasang beberapa meter dari badan jalan, karena di badan jalan banyak tumbuh pepohonan yang cukup besar dan rimbun. Akibatnya, jalan raya tetap gelap karena sinar lampu tertutup oleh rimbunnya dedaunan. Lampu memang dipasang dibanyak tempat.
Banyak orang membutuhkan lampu sebagai alat penerang. Saat ini semakin jarang ditemukan orang menggunakan pelita. Sekalipun berbeda bentuk atau model, lampu dan pelita mempunyaifungsi yang sama, yakni sebagai alat penerang di dalam kegelapan. Pelita tidak hanya terbatas pada alat penerang yang dipasang di rumah atau tempat lain. Tiap orang mempunyai pelita dan membawanya dalam kehidupan sehari-hari.
Pelita itu tidak lain adalah kebijaksanaan hidup, yang terbentuk oleh ilmu dan pengetahuan yang dipelajari dan pengalaman yang dimiliki. Kebijaksanaan merupakan pelita dalam diri setiap orang, yang: membawa terang dalam kegelapan hidup;menumbuhkan harapan dalam kebuntuan atau keputusasaan;memberi kepastian di dalam keraguan; menunjukkan arah pada persimpangan jalan; memberikan ketenangan saat berada dalam kegalauan atau kekalutan; menghindarkan orang dari benturan yang mencelakakan.
Pelita bersinar tidak hanya bagi diri sendiri, tetapi juga bagi orang lain. Kendala apa saja yang harus disingkirkan, agar sinar pelitaku bermanfaat bagi diri dan banyak orang?
Teman-teman selamat pagi dan selamat berkarya. Berkah Dalem.
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)