Bacaan Markus 10:1-12
Maka datanglah orang-orang Farisi, dan untuk mencobai Yesus mereka bertanya kepada-Nya: “Apakah seorang suami diperbolehkan menceraikan isterinya?” Tetapi jawab-Nya kepada mereka: “Apa perintah Musa kepada kamu?” Jawab mereka: “Musa memberi izin untuk menceraikannya dengan membuat surat cerai.” Lalu kata Yesus kepada mereka: “Justru karena ketegaran hatimulah maka Musa menuliskan perintah ini untuk kamu. Sebab pada awal dunia, Allah menjadikan mereka laki-laki dan perempuan, sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia.” (Mrk. 10:2-9)
Sahabat pelita hati,
SEJAK semula sebagaimana tersurat dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru, ada larangan berzinah dan larangan bercerai. Perceraian adalah dosa yang melawan hukum Tuhan dan merupakan bentuk pengingkaran atas kasih-Nya. Hal ini mengacu pada relasi kasih Allah dengan umat-Nya yang tak pernah berhenti, demikian juga harus menjadi pola dalam ikatan perkawinan. Jika ada pelerceraian di situlah terjadi pelanggaran perjanjian. Tak ada satu alasan apa pun yang dapat membenarkan terhadap praktek perceraian. Tuhan tak menghendaki adanya perceraian. Secara khusus rasul Paulus menggambarkan relasi dalam perkawinan itu sebagaimana hubungan antara Kristus dengan jemaat atau gereja-Nya (Efesus 5: 22). Di sinilah letak kesucian dan kekudusan perkawinan itu, yakni saling melengkapi dan saling menyempurnakan.
Sahabat terkasih,
Harus diakui bahwa membangun hidup berkeluarga bukanlah semudah membalikkan telapak tangan. Ada beragam tantangan yang harus dihadapi baik dalam menyatukan dua hati yang memiliki sederet perbedaan maupun tantangan untuk memegang teguh janji setia dalam suka dan duka dan untung dan malang hingga pada akhirnya. Belum lagi dalam keluarga akan berhadapan dengan masalah ekonomi, pendampingan iman anak, hidup sosial kemasyarakatan dsb.
Sahabat terkasih,
Semoga pelita sabda hari ini menjadi pengingat bagi keluarga-keluarga untuk tetap teguh dalam menghayati hidup perkawinan. Yang sedang bergumul dalam kesulitan agar dikuatkan. Bukan kata “cerai” yang mengemuka tetapi damai dan setia yang harus menjadi penopang utama. Semoga nasihat bijak dari Bapa Suci Paus Fransiskus ini sungguh kita hidupi: “Tidak ada keluarga yang sempurna. Kita tidak punya orangtua yang sempurna, kita tidak sempurna, dan kita tidak menikah dengan orang yang sempurna. Kita juga tidak memiliki anak yang sempurna. Pengampunan adalah penting untuk kesehatan emosional kita dan kelangsungan hidup spiritual.” Semoga demikian.
Jika memang tidak bersalah,
mengapa harus berburuk sangka.
Yang dipersatukan oleh Allah,
tak diceraikan manusia.
dari Papua dengan cinta,
Berkah Dalem, Rm.Istoto
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)