Pelita Hati: 01.05.2022 – Siap Diikat dan Pergi ke Tempat yang Tak Dikehendaki

0
633 views

Bacaan: Kisah 5:27b-32,40b-41;Wahyu 5:11-14, Yohanes 21:1-19

Kata Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya: “Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?” Maka sedih hati Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya: “Apakah engkau mengasihi Aku?” Dan ia berkata kepada-Nya: “Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau.” Kata Yesus kepadanya: “Gembalakanlah domba-domba-Ku. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ketika engkau masih muda engkau mengikat pinggangmu sendiri dan engkau berjalan ke mana saja kaukehendaki, tetapi jika engkau sudah menjadi tua, engkau akan mengulurkan tanganmu dan orang lain akan mengikat engkau dan membawa engkau ke tempat yang tidak kaukehendaki.” Dan hal ini dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana Petrus akan mati dan memuliakan Allah. Sesudah mengatakan demikian Ia berkata kepada Petrus: “Ikutlah Aku.” (Yoh. 21:17-19)

Sahabat pelita hati, 

SETIDAKNYA ada tiga (3) butir pewartaan dari pelita sabda hari ini, yaitu:

Pertama, pertanyaan Yesus kepada Petrus ‘apakah engkau mengasihi Aku?” hingga tiga (3) kali. Petrus pun menjawab hingga tiga (3) kali juga menyatakan bahwa ia mengasihi-Nya.

Kedua, setiap kali mendengarkan jawaban Petrus,  Yesus memberikan perintah untuk menggembalakan domba-domba-Nya.

Ketiga, Yesus mengingatkan dan menegaskan bahwa seorang yang siap diutus atau siap melayani berarti siap pula untuk mengulurkan tangan dan rela diikat serta siap pergi ke tempat yang tidak dikehendaki (ay.18). Konon,  kutipan ayat 18 ini menjadi nyata pada diri Petrus saat ia harus pergi ke Roma dan mati disalib  dengan kepala di bawah atas permintaannya sendiri. Inilah sebuah komitmen nyata dari Petrus kepada Yesus Sang Guru yang sempat ia sangkal sampai tiga kali. Kasih dan cintanya kepada Yesus mengandung tanggung jawab dan konsekuensi yakni pengormanan diri. Bagaimana sabda ini kita hayati di saat ini? 

Sahabat terkasih, 

Sabda Yesus kepada Petrus ini juga mengandung makna tentang arti kedewasaan, baik kedewasaan diri pribadi maupun kedewasaan iman yang menuntut tanggung jawab. Ketika masih muda,  remaja apalagi anak-anak kita sejatinya mengalami kebebasan yang sebebas-bebasnya dan miskin tanggungjawab. Artinya tindakan kita tak terikat oleh tanggungjawab atau pihak lain.  Namun ketika kita sudah dewasa (apalagi berkeluarga)  kita tak mungkin lagi hidup dalam kebebasan yang sebebas-bebasnya karena kita harus terikat dengan pasangan hidup, anak dan sederet tanggungjawab baik dalam keluarga,  di tempat kerja atau tuntutan hjdup yang lain. Kita harus rela diikat dan diatur oleh beragam hal dan berbagai pihak. Itulah berarti kita harus rela mengulurkan tangan.  Karenanya semakin dewasa kita justru terbatasi kebebasan kita. Demikian juga bagi para imam atau biarawan-biarawati. Mereka pun harus rela mengulurkan tangan dan diikat oleh macam2 tanggungjawab pelayanan atau pun aturan dalam biara yang mengikat.  Semoga di mana pun dan kapan pun serta apa pun panggilannya, kita dapat mempersembahkan hidup yang terbaik bagi Tuhan dan sesama. Itu wujud nyata tanggungjawab dan pengorbanan kita. Selamat hari Minggu dan berkah Dalem.

Di saat muda bisa pergi ke mana saja,
jika sudah tua siap diikat dan mengulurkan tangannya.
Apapun tugas dan panggilan kita,
harus mewartakan kebaikan-Nya

dari Banyutemumpang, Sawangan, Magelang,

Berkah Dalem**Rm.Istata

Kredit foto: Ilustrasi (Ist)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here