Bacaan Matius 5:1-12a
“Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat. Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga.” (Mat. 5:11-12a)
RANGKAIAN Kotbah di Bukit (Mat.5-7) diawali dengan kotbah Yesus tentang Sabda Bahagia (Mat.5:1-12) yang memuat paradoks kehidupan. Bahagia walau miskin dan lapar, bahagia walau dianiaya, difitnah dan dicela.
Apakah Tuhan sedang mengkhayal? Tidak, Tuhan sedang mengajarkan kebenaran, lebih tepatnya menawarkan cara hidup radikal sebagai orang-orang Kristen. Mungkinkah? Nyatanya banyak orang yang dengan rela dan bahagia menjalani hidup dalam semangat kemiskinan dan aniaya hingga mepersembahkan nyawanya sebagai Martir.
Fransiskus Asisi dengan setia mengambil cara hidup miskin. Stefanus walau disiksa dan dirajam batu, ia justru berdoa bagi para penganiaya. Laurentius membiarkan tubuhnya dibakar demi bakti dan cinta kepada Tuhan. Kebahagiaan mereka akhirnya disempurakan di surga, diangkat sebagai orang-orang kudus. Kotbah di bukit ini jugalah yang dahulu meginspirasi Sang Mahatmagandi dalam membela masyarakat miskin di India. Ia sangat bangga dan hormat pada Kristus tetapi tidak kepada pengikut-pengikut-Nya, yang hidupnya seringkali jauh dari ajaran Kristus. Karenanya Gandhi berkata, “Jika orang Kristen benar-benar hidup menurut ajaran Kristus, seperti yang ditemukan di dalam Alkitab, seluruh India sudah menjadi Kristen hari ini.”
Apakah selama ini kita telah sungguh-sungguh menghayati dan melaksanakan ajaran Kristus, Tuhan kita?
Tak ada emas dan permata,
hanya hati yang tengadah.
Berbelas kasih pada yang menderita,
niscaya hidup berlimpah berkah.
dari Papua dengan cinta,
Berkah Dalem, rm.is
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)