Pelita Hati: 02.02.2023 – Persembahan Hidup, Persembahan Hati

0
860 views

Sahabat pelita hati,

KISAH tentang Yesus yang dipersembahkan di Bait Allah menggambarkan bahwa Maria dan Yusuf adalah keluarga yang amat taat terhadap aturan agama dan adat-istiadat Yahudi. Mereka membawa Yesus ke bait Allah karena Ia terlahir sebagai anak laki-laki sulung. Namun peristiwa ini juga dimaknai sebagai pernyataan bahwa hidup Yesus seluruhnya  dipersembahkan bagi Allah, manusia dan dunia. Bagaimana memaknai peristiwa ini bagi hidup kita di masa kini?

Sahabat terkasih,

Hidup kita, keluarga, anak dan apa pun yang kita miliki adalah anugerah pemberian Allah yang diserahkan kepada kita. Semua itu harus kita syukuri. Ungkapan syukur yang terbaik dan terindah adalah mempersembahkan kembali diri kita, keluarga dan anak-anak kita kepada Tuhan. Bukan berarti harus menjadi biarawan dan biarawati atau menjadi tenaga sosial gereja tetapi  membaktikan hidup kita bagi kemuliaan Tuhan melalui karya dan tugas kita sehari-hari. Karena seluruh hidup kita haruslah dipersembahkan bagi Allah. Apakah kita telah sungguh-sungguh membaktikan hidup bagi kemuliaan Tuhan? Apa yang telah kita lakukan?

Ini kisah Rama dan Sinta,
saling setia hingga pada akhirnya.
Jadikan hidup dan karya kita,
menjadi persembahan indah bagi-Nya.
Mari datang ke kota Magelang,
kota sejuta bunga yang indah menawan.
Ya, Tuhan biarkanlah hamba-Mu ini berpulang,
karena telah melihat keselamatan yang Engkau janjikan.

dari Banyutemumpang, Sawangan, Magelang,

Berkah DalemSt.Istata Raharjo,Pr

Kredit foto: Ilustrasi (Ist)

————————————————————————————

Bacaan:

Maleakhi 3:1-4

Ibrani 2:14-18

Lukas 2:22-40

Dan ketika genap waktu pentahiran, menurut hukum Taurat Musa, mereka membawa Dia ke Yerusalem untuk menyerahkan-Nya kepada Tuhan, seperti ada tertulis dalam hukum Tuhan: “Semua anak laki-laki sulung harus dikuduskan bagi Allah”,  dan untuk mempersembahkan korban menurut apa yang difirmankan dalam hukum Tuhan, yaitu sepasang burung tekukur atau dua ekor anak burung merpati.

Adalah di Yerusalem seorang bernama Simeon. Ia seorang yang benar dan saleh yang menantikan penghiburan bagi Israel. Roh Kudus ada di atasnya, dan kepadanya telah dinyatakan oleh Roh Kudus, bahwa ia tidak akan mati sebelum ia melihat Mesias, yaitu Dia yang diurapi Tuhan. Ia datang ke Bait Allah oleh Roh Kudus. Ketika Yesus, Anak itu, dibawa masuk oleh orang tua-Nya untuk melakukan kepada-Nya apa yang ditentukan hukum Taurat, ia menyambut Anak itu dan menatang-Nya sambil memuji Allah, katanya: “Sekarang, Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firman-Mu, sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari pada-Mu, yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa, yaitu terang yang menjadi penyataan bagi bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi umat-Mu, Israel.” 

Dan bapa serta ibu-Nya amat heran akan segala apa yang dikatakan tentang Dia. Lalu Simeon memberkati mereka dan berkata kepada Maria, ibu Anak itu: “Sesungguhnya Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang di Israel dan untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan perbantahan  — dan suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri —, supaya menjadi nyata pikiran hati banyak orang.” Dan setelah selesai semua yang harus dilakukan menurut hukum Tuhan, kembalilah mereka ke kota kediamannya, yaitu kota Nazaret di Galilea. Anak itu bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat, dan kasih karunia Allah ada pada-Nya. (Luk 2:22-35, 39-40)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here