Bacaan Yohanes 5:31-47
Kamu telah mengirim utusan kepada Yohanes dan ia telah bersaksi tentang kebenaran; tetapi Aku tidak memerlukan kesaksian dari manusia, namun Aku mengatakan hal ini, supaya kamu diselamatkan. Ia adalah pelita yang menyala dan yang bercahaya dan kamu hanya mau menikmati seketika saja cahayanya itu. Tetapi Aku mempunyai suatu kesaksian yang lebih penting dari pada kesaksian Yohanes, yaitu segala pekerjaan yang diserahkan Bapa kepada-Ku, supaya Aku melaksanakannya. Pekerjaan itu juga yang Kukerjakan sekarang, dan itulah yang memberi kesaksian tentang Aku, bahwa Bapa yang mengutus Aku. Bapa yang mengutus Aku, Dialah yang bersaksi tentang Aku. Kamu tidak pernah mendengar suara-Nya, rupa-Nya pun tidak pernah kamu lihat, dan firman-Nya tidak menetap di dalam dirimu, sebab kamu tidak percaya kepada Dia yang diutus-Nya. (Yoh.5:33-38)
Sahabat pelita hati,
PELITA sabda hari ini menegaskan bahwa karya dan pewartaan Yesus adalah kesaksian yang benar yang datang dari Bapa. Bahkan kesaksian tentang kebenaran diri-Nya itu muncul dari orang lain, seperti Yohanes Pembaptis. Dialah yang telah memberikan kesaksian tentang kebenaran itu (ay 33), meski Yesus tidak menghendakinya. Namun kesaksian Yesus jelas lebih penting daripada Yohanes Pembaptis, bahwa “segala pekerjaan yang diserahkan Bapa kepada-Ku, supaya Aku melaksanakannya. Pekerjaan itu juga yang Kukerjakan sekarang, dan itulah yang memberi kesaksian tentang Aku, bahwa Bapa yang mengutus Aku” (ay 36). Sayangnya, orang-orang Farisi tidak pernah mau menerima kesaksian Yesus dan tak pernah mau menerima diri-Nya sebagai utusan Allah sendiri.
Sahabat terkasih,
Kita diajak untuk makin percaya kepada Yesus, Sang pewarta kabar gembira dan bersaksi tentang kebenaran. Kita harus percaya karena Dia bukan hanya memberikan kesaksian tentang kebenaran, tetapi Dialah Sang kebenaran sejati. Percaya berarti berani secara jujur mengakui Yesus sebagai Tuhan dan berani membela serta memperjuangkan ajaran kasih-Nya kendati menghadapi beragam tantangan dan kesulitan. Dengan kata lain dibutuhkan komitmen hati dan kehendak budi. Masihkah kita ingin berpaling dari-Nya? Semoga di masa prapaskah ini kita semakin menaruhkan kepercayaan kita kepada Tuhan.
Pagi hari kita bermadah,
sambut mentari merekah.
Percaya itu indah,
percaya itu berkah.
dari Papua dengan cinta,
Berkah Dalem, Rm.Istoto
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)