Sahabat pelita hati,
SALAM seroja, sehat rohani-jasmani. Berkah Dalem.
Perumpamaan tentang orang yang berdalih ini menyatakan tiadanya komitmen manusia terhadap undangan Tuhan. Dengan segala macam cara mereka mencari dalih dan alasan agar tidak menanggapi undangan tersebut. Sebuah sikap yang tidak mencerminkan kedewasaan dalam bersikap dan bertindak. Ada yang berdalih mau mengurus ladang, ada yang mau mengurus hewan piaraan, dan lain sebagainya. Intinya, mereka lebih mementingkan diri dan kesibukannya kesibukannya dari pada menanggapi dan menghargai undangan Tuhan.
Sahabat terkasih,
Perumpamaan ini sejatinya menggambarkan betapa kasih Tuhan kepada manusia tak terbatas. Kehendak-Nya untuk mengasihi manusia tak terbendung. Tuhan selalu mencari cara untuk mendekati manusia.
Jika demikian, apakah kita masih mau menghindar dari kebaikan-Nya? Yang dibutuhkan dari kita adalah keterbukaan hati dan kesediaan diri menanggapi tawaran kasih-Nya. Pelita sabda yang kita baca setiap pagi adalah salah satu tawaran sekaligus undangan dari Tuhan untuk merasakan karunia keutamaan-Nya. Mari kita menata diri agar menjadi pribadi yang memiliki komitmen dan tanggungjawab dalam hidup apalagi jika di hadapan Tuhan. Dia telah memberikan seluruh kasih-Nya, Dia telah mempertaruhkan segala-Nya demi kita manusia. Tetap semangat dan berkah Dalem.
Pergi ke sungai memancing ikan,
airnya jernih sungguh menyegarkan.
Jangan berdalih untuk sebuah kebaikan,
tebarlah kasih di setiap kesempatan.
dari Banyutemumpang, Sawangan, Magelang,
Berkah Dalem – St. Istata Raharjo,Pr
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)
————————————————————————————
Bacaan:
Filipi 2:5-11
Lukas 14:15-24
Mendengar itu berkatalah seorang dari tamu-tamu itu kepada Yesus: “Berbahagialah orang yang akan dijamu dalam Kerajaan Allah.” Tetapi Yesus berkata kepadanya: “Ada seorang mengadakan perjamuan besar dan ia mengundang banyak orang. Menjelang perjamuan itu dimulai, ia menyuruh hambanya mengatakan kepada para undangan: Marilah, sebab segala sesuatu sudah siap. Tetapi mereka bersama-sama meminta maaf. Yang pertama berkata kepadanya: Aku telah membeli ladang dan aku harus pergi melihatnya; aku minta dimaafkan. Yang lain berkata: Aku telah membeli lima pasang lembu kebiri dan aku harus pergi mencobanya; aku minta dimaafkan. Yang lain lagi berkata: Aku baru kawin dan karena itu aku tidak dapat datang. Maka kembalilah hamba itu dan menyampaikan semuanya itu kepada tuannya. Lalu murkalah tuan rumah itu dan berkata kepada hambanya: Pergilah dengan segera ke segala jalan dan lorong kota dan bawalah ke mari orang-orang miskin dan orang-orang cacat dan orang-orang buta dan orang-orang lumpuh. Kemudian hamba itu melaporkan: Tuan, apa yang tuan perintahkan itu sudah dilaksanakan, tetapi sekalipun demikian masih ada tempat. Lalu kata tuan itu kepada hambanya: Pergilah ke semua jalan dan lintasan dan paksalah orang-orang, yang ada di situ, masuk, karena rumahku harus penuh. Sebab Aku berkata kepadamu: Tidak ada seorang pun dari orang-orang yang telah diundang itu akan menikmati jamuan-Ku.”