Bacaan Matius 9:18-26
Pada waktu itu seorang perempuan yang sudah dua belas tahun lamanya menderita pendarahan maju mendekati Yesus dari belakang dan menjamah jumbai jubah-Nya. Karena katanya dalam hatinya: “Asal kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh.” Tetapi Yesus berpaling dan memandang dia serta berkata: “Teguhkanlah hatimu, hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau.” Maka sejak saat itu sembuhlah perempuan itu. (Mat.9:20-22)
Sahabat pelita hati,
SEGALANYA berasal dan bermula dari iman. Itulah inti sari dari karya mujizat Tuhan. Kekuatan iman seorang perempuan yang telah duabelas tahun menderita pendarahan menjadi bukti nyata bahwa iman adalah pangkal dari tindakan karya agung-Nya. Demikian juga keyakinan iman seorang kepala rumah ibadat (Yairus) yang nota bene adalah petugas agama Yahudi itulah yang menjadikan Tuhan mengerjakan mujizat. Anaknya menjadi sembuh.
Sahabat terkasih,
Kisah sang kepala rumah ibadat Yahudi ini menjadi salah satu teguran bagi orang Yahudi. Mengapa mereka menolak Kristus? Jika seorang kepala rumah ibadat yang nota bene adalah orang penting dalam jajaran Yahudi dapat melihat Kristus sebagai Tuhan, bahkan ia bersimpuh di hadapan-Nya, mengapa orang Yahudi yang lain justru tak mengakui dan menolak Kristus?
Sahabat terkasih,
Pertanyaan untuk kita adalah bagaimana penghayatan iman kita kepada Tuhan? Apakah kita memiliki daya juang dalam beriman seperti seorang perempuan yang menderita pendarahan 12 tahun itu? Apakah kita sungguh percaya dan menyandarkan iman serta pengharapan kepada Yesus sebagaimana Yairus? Kepala rumah ibadat Yahudi ini tahu persis apa akibat dari sikapnya menyembah Yesus. Ia telah siap dengan segala resiko yang harus diterima, seperti kehilangan karir atau kedudukan bahkan nyawa sekalipun. Beberapa penafsir meyakini setelah peristiwa ini Yairus tidak pernah kembali menjadi kepala rumah ibadat lagi. Maka peristiwa perjumpaannya dengan Yesus menjadi titik balik hidupnya, ia diselamatkan melalui iman. Bukan hanya kesembuhan anaknya yang ia dapatkan tetapi juga keselamatan. Semoga kita sungguh menjadi pengikut Yesus yang militan, tidak sekedar ikut-ikutan tetapi berani mempertanggungjawabkan iman. Beriman pada Kristus merupakan penyerahan diri secara total. Marilah kita menyandarkan hidup dan harapan kita kepada Tuhan. Itulah tanda nyata bahwa kita sungguh beriman.
Lari pagi sehatkan raga,
meditasi lebih istimewa.
Bapa kami yang ada di surga,
kasih-Mu menyegarkan jiwa.
Berkah Dalem, rm.istoto
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)