Pelita Hati: 09.02.2020 – Menjadi Garam dan Terang bagi Sesama

0
1,684 views

Bacaan Matius 5:13-16

Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak  yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi. Lagi pula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu. Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.

Sahabat pelita hati,

TENTU Anda sudah sangat sering membaca pelita sabda tentang garam dan terang ini. Barangkali juga sangat sering mengucapkan bahwa kita harus menjadi garam dan terang dunia. Namun apakah sesungguhnya tahu makna dari garam dan terang itu? Mengapa Tuhan memilih “diksi” garam dan terang untuk menjelaskan pewartaannya?

Sahabat terkasih,

Tuhan memberi pengajaran tentang garam dan terang pada saat Ia berkotbah di bukit yang dihadiri oleh begitu banyak orang. Bukan orang cerdik pandai atau para ahli kitab tetapi ke hadapan khalayak ramai yang dapat dipastikan orang-orang kecil dan sederhana. Garam dan terang adalah istilah yang amat sederhana bagi mereka. Salah satu keistimewaan garam adalah ia bisa memberi rasa asin jika dimasukkan ke dalam kuah atau air, walau garam itu melebur dan tak berwujud. Kalau kita adalah garam dunia dimaksudkan agar hidup kita bisa merasuk ke tengah-tengah masyarakat dan berdayaguna bagi mereka walau tanpa membawa identitas kekristenan atau baptis kita. Memang syaratnya kita harus asin alias memiliki mutu hidup dan berkualitas.

Sahabat terkasih,

Tuhan juga menjadikan kita sebagai terang. Berbeda dengan garam yang tidak kelihatan, sebaliknya terang itu harus ada di tempat yang benar dan kelihatan serta harus menjadikan lingkungan sekitarnya menjadi terang-benderang. Yang gelap menjadi terang, yang tidak kelihatan menjadi nampak dilihat. Jika Tuhan menghendaki agar kita menjadi garam dan terang dunia berarti kita diajak untuk pandai-pandai menempatkan diri dan membawakan diri dalam hidup bermasyarakat dengan tujuan akhir agar hidup kita berdayaguna bagi sesama dan membawa citarasa yang baik bagi kehidupan.

Sahabat terkasih, 

Apakah kita telah menjadi garam yang asin dan “mengasini” sesama dengan kebaikan-kebaikan kita? Tunjukkan kualitas kita sebagai umat Kristen bukan dengan menonjolkan identitas tetapi melalui perbuatan kasih yang bercita rasa kebaikan. Jika demikian, maka di mana pun kita berada cita rasa kebaikan itu akan dirasakan oleh sesama kita dan tentu saja akan berdaya guna. Selamat hari Minggu dan tetap semangat. 

Di Medan ada bandara Polonia,
di Jakarta ada Halim Perdana Kusuma.
Kamu adalah garam dunia,
dan terang bagi sesama.

dari Banyutemumpang, Sawangan, Magelang,
Berkah Dalem, Rm.Istoto

Kredit foto: Ilustrasi (Ist)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here