Sahabat pelita hati,
PERUMPAMAAN tentang penggarap-penggarap kebun anggur ini di satu pihak menegaskan kebaikan Allah yang tiada batas dan di lain pihak sikap serakah manusia yang tidak tahu berterima kasih. Mereka menghalalkan segala cara untuk merampas kebun anggur sang Tuan. Inilah cerminan sikap orang-orang Yahudi yang nantinya dengan segala cara menyingkirkan Tuhan hingga di kayu penyaliban. Sebuah sikap dan tabiat yang menghalalkan segala cara demi ambisi manusiawinya. Inilah keserakahan yang menjadi biang keladi terjadinya kejahatan. Walau akhirnya Tuhan mengatakan “batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan akan menjadi batu penjuru”. Yesus adalah Sang Batu Penjuru dan pendasar iman bagi para pengikutnya.
Sahabat terkasih,
Pelita sabda hari ini mengundang kita untuk bertanya: Apakah kita memiliki kecenderungan seperti imam-imam kepala dan orang-orang Farisi yang menggunakan segala cara demi memenuhi ambisi pribadi? Apakah kita juga membiarkan sikap serakah itu menguasai hidup? Semoga di masa prapaskah ini kita sungguh mengendalikan hati agar tak mengobral ambisi pribadi. Siap memperbaharui diri menjadi pribadi yang tekun dan tahan uji. Ingat, keserakahan atau ketamakan adalah sumber kejahatan. Tetap semangat dan berkah Dalem.
Mentari pagi indah merekah, memancarkan sinar kehangatan. Jauhkan dari tamak- serakah, sumber dari segala kejahatan.
Inilah kisah para penggarap kebun anggur, tamak dan serakah perilakunya. Marilah bersimpuh dan bersyukur, atas segala berkat dan kebaikannya.
dari Banyutemumpang, Sawangan, Magelang,
Berkah Dalem – St. Istata Raharjo,Pr
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)
————————————————————————————
Bacaan:
Kej. 37:3-4.12 13a.17b-28
Matius 21:33-43.45-46
Dengarkanlah suatu perumpamaan yang lain. Adalah seorang tuan tanah membuka kebun anggur dan menanam pagar sekelilingnya. Ia menggali lobang tempat memeras anggur dan mendirikan menara jaga di dalam kebun itu. Kemudian ia menyewakan kebun itu kepada penggarap-penggarap lalu berangkat ke negeri lain. Ketika hampir tiba musim petik, ia menyuruh hamba-hambanya kepada penggarap-penggarap itu untuk menerima hasil yang menjadi bagiannya. Tetapi penggarap-penggarap itu menangkap hamba-hambanya itu: mereka memukul yang seorang, membunuh yang lain dan melempari yang lain pula dengan batu. Kemudian tuan itu menyuruh pula hamba-hamba yang lain, lebih banyak dari pada yang semula, tetapi mereka pun diperlakukan sama seperti kawan-kawan mereka. Akhirnya ia menyuruh anaknya kepada mereka, katanya: Anakku akan mereka segani. Tetapi ketika penggarap-penggarap itu melihat anaknya itu, mereka berkata seorang kepada yang lain: Ia adalah ahli waris, mari kita bunuh dia, supaya warisannya menjadi milik kita. Mereka menangkapnya dan melemparkannya ke luar kebun anggur itu, lalu membunuhnya. Maka apabila tuan kebun anggur itu datang, apakah yang akan dilakukannya dengan penggarap-penggarap itu?” Kata mereka kepada-Nya: “Ia akan membinasakan orang-orang jahat itu dan kebun anggurnya akan disewakannya kepada penggarap-penggarap lain, yang akan menyerahkan hasilnya kepadanya pada waktunya.” Kata Yesus kepada mereka: “Belum pernahkah kamu baca dalam Kitab Suci: Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru: hal itu terjadi dari pihak Tuhan, suatu perbuatan ajaib di mata kita. Sebab itu, Aku berkata kepadamu, bahwa Kerajaan Allah akan diambil dari padamu dan akan diberikan kepada suatu bangsa yang akan menghasilkan buah Kerajaan itu. Ketika imam-imam kepala dan orang-orang Farisi mendengar perumpamaan-perumpamaan Yesus, mereka mengerti, bahwa merekalah yang dimaksudkan-Nya. Dan mereka berusaha untuk menangkap Dia, tetapi mereka takut kepada orang banyak, karena orang banyak itu menganggap Dia nabi. (Mat. 21:33-43.45-46)