Sahabat pelita hati,
PELITA sabda hari ini berkisah tentang seorang kepala rumah ibadat dan perempuan yang sakit pendarahan selama duabelas tahun. Kisah ini menegaskan pentingnya percaya dan menyandarkan harapan iman kepada Yesus sekaligus menyadarkan orang Yahudi tentang keyakinan imannya. Mengapa mereka menolak Kristus sebagai Mesias? Jika seorang kepala rumah ibadat yang nota bene adalah pejabat Yahudi dapat melihat Kristus sebagai Tuhannya bahkan ia bersimpuh di hadapan-Nya, mengapa orang Yahudi yang lain justru tak mengakui dan menolak Yesus?
Sahabat terkasih,
Kisah ini juga mendorong kita untuk bertanya: apakah kita juga percaya dan menyandarkan iman kita kepada Yesus sebagaimana Yairus? Kepala rumah ibadat Yahudi ini tahu pasti apa akibat dari sikapnya menyembah Yesus. Ia telah siap dengan segala resiko yang harus dierima, seperti kehilangan karir atau kedudukan bahkan kehilangan nyawa sekalipun. Maka peristiwa perjumpaannya dengan Yesus menjadi titik balik hidupnya, ia diselamatkan melalui iman. Bukan hanya kesembuhan anaknya yang ia dapatkan tetapi juga keselamatan. Mengikuti dan menjadi murid Kristus hendaknya bukan sekedar ikut-ikutan tetapi harus menyertakan pertanggungjawaban iman. Sayangnya, masih banyak orang yang mengaku “percaya“ Kristus tapi sesungguhnya tak mengimaninya secara benar, hanya demi “status” sosial. Beriman pada Kristus adalah penyerahan diri secara total. Percaya bahwa Yesus adalah tempat mengadu dan menuju. Itulah yang dihayati oleh perempuan yang telah duabelas tahun sakit pendarahan dan akhirnya mengalami penyembuhan. Marilah kita menyandarkan diri dan harapan kita kepada Tuhan serta dengan sungguh-sungguh menghidupi dan menghayati iman kita. Artinya, percaya sungguh.
Sungguh nyaman perjalan lautnya, apalagi cuaca sangat teduh. Asal kujamah jubah-Nya, aku pasti akan sembuh.
dari Banyutemumpang, Sawangan, Magelang,
Berkah Dalem – St. Istata Raharjo,Pr
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)
————————————————————————————
Bacaan:
Kej. 28:10-22a;
Matius 9:18-26
Sementara Yesus berbicara demikian kepada mereka, datanglah seorang kepala rumah ibadat, lalu menyembah Dia dan berkata: “Anakku perempuan baru saja meninggal, tetapi datanglah dan letakkanlah tangan-Mu atasnya, maka ia akan hidup.” Lalu Yesus pun bangunlah dan mengikuti orang itu bersama-sama dengan murid-murid-Nya. Pada waktu itu seorang perempuan yang sudah dua belas tahun lamanya menderita pendarahan maju mendekati Yesus dari belakang dan menjamah jumbai jubah-Nya. Karena katanya dalam hatinya: “Asal kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh.” Tetapi Yesus berpaling dan memandang dia serta berkata: “Teguhkanlah hatimu, hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau.” Ketika Yesus tiba di rumah kepala rumah ibadat itu dan melihat peniup-peniup seruling dan orang banyak ribut,berkatalah Ia: “Pergilah, karena anak ini tidak mati, tetapi tidur.” Tetapi mereka menertawakan Dia. Setelah orang banyak itu diusir, Yesus masuk dan memegang tangan anak itu, lalu bangkitlah anak itu. Maka tersiarlah kabar tentang hal itu ke seluruh daerah itu. (Mat 9:18-26)