Pelita Hati: 11.09.2020 – Antara Balok dan Selumbar

0
1,093 views

Bacaan Lukas 6:39-42

Yesus mengatakan pula suatu perumpamaan kepada mereka: “Dapatkah orang buta menuntun orang buta? Bukankah keduanya akan jatuh ke dalam lobang? Mengapakah engkau melihat selumbar di dalam mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu sendiri tidak engkau ketahui Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Saudara, biarlah aku mengeluarkan selumbar yang ada di dalam matamu, padahal balok yang di dalam matamu tidak engkau lihat? Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu.”

Sahabat Pelita hati,

HARI ini Tuhan Yesus memperlawankan antara “selumbar” dan “balok”. Selumbar itu  dapat disamakan dengan serpihan jerami kecil atau sehelai rambut atau bulu, yang mungkin terbang dan masuk ke mata. Secara kiasan kata itu dipakai Yesus untuk mengartikan kesalahan yang kecil. Lawannya adalah balok, kiasan untuk kesalahan besar yang sungguh mencolok. Dengan kiasan ini, Yesus mengkritik kebiasaan orang-orang Farisi yang suka mencari dan mencela kesalahan orang lain sementara mengabaikan kesalahan diri sendiri. Dengan kata lain, Tuhan mengajak kita untuk bercermin diri alias melihat diri sebelum mengarahkan pandangan kita kepada orang lain. Fenomena yang terjadi adalah orang cenderung melihat kekurangan atau kesalahan sesamanya. Singkat kata,  kita cenderung  mudah menilai atau  ‘menghakimi’ orang lain. 

Sahabat terkasih,

Sebagai murid Yesus yang sejati, kita disadarkan bahwa alat pengukur untuk menilai sesama sejatinya ada dalam diri. Sebelum kita menunjuk kekurangan orang lain kita harus melihat diri sendiri. Nasehat Tuhan kepada para murid kala itu amat konkret dan masih sangat relevan untuk saat ini. Nasehat Tuhan ini juga memacu kita untuk memperbaiki kualitas diri: tidak menghakimi orang lain sebelum kita menilai diri sendiri. Atau,  sebelum kita mengarahkan tuntutan kepada orang lain kita harus terlebih dahulu mengarahkannya kepada diri sendiri. Marilah kita mengusahakannya dengan sekuat tenaga agar kita terbebas dari mentalitas para Farisi yang suka melihat selumbar di mata orang lain namun tak pernah bercermin diri.

Ini pantun, pantun jenaka,
untuk anak-anak maupun orang dewasa.
Jangan suka berburuk sangka.
agar terhindar dari perbuatan dosa.

dari Banyutemumpang, Sawangan, Magelang,

Berkah Dalem Rm.Istoto

Kredit foto: Ilustrasi (Ist)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here