Sahabat pelita hati,
SALAH satu kisah indah serta mengharukan dalam Injil adalah penyembuhan seorang lumpuh yang digotong oleh empat orang dengan terlebih dahulu membongkar atap rumah. Orang lumpuh itu diturunkan tepat di depan Yesus yang sedang mengajar di rumah itu. Yesus pun menyembuhkan orang lumpuh dengan kata-kata, “Hai anakku, dosamu telah diampuni.” Si lumpuh itu pun menjadi sembuh. Namun kata-kata Yesus itu dipersoalkan oleh para ahli Taurat dan orang-orang Farisi yang menyaksikan. Bagi mereka, kata-kata Yesus “mengampuni” itu tidak selayaknya diucapka kecuali oleh Allah sendiri. Untuk menanggapi mereka Tuhan kemudian berkata, “Kepadamu Kukatakan, bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu!” Seketika si lumpuh itu bangkit dan pergi.
Sahabat terkasih,
Jika peristiwa ini terjadi di masa kini tentu akan menjadi viral dan sudah barang tentu akan menjadi cerita indah. Dari kisah ini sejatinya terkandung beberapa pesan keutamaan, yaitu: pertama, ada beragam cara orang berjumpa dengan Tuhan. Ada beragam cara juga orang mengalami belas kasih dan berkah Tuhan. Kisah penyembuhan orang lumpuh dalam pelita sabda hari ini terasa istimewa. Ia yang tak berdaya pada akhirnya berjumpa dengan Tuhan dan mengalami penyembuhan. Kedua, demi sesamanya yang yang sedang menderita (lumpuh) dan tak berdaya keempat orang itu berjuang agar dapat berjumpa dengan Tuhan agar mendapat penyembuhan. Tuhan sungguh melihat niat iman yang tulus dari orang-orang yang membawa si lumpuh. Pastinya Tuhan sungguh mempertimbangkan keteguhan iman orang-orang itu yang berjuang demi kebaikan sesamanya. Sebuah usaha yang amat mulia dan tentunya amat berkenan di hati Tuhan.
Sahabat terkasih,
Pertanyaan reflektif untuk kita: apakah kita juga memiliki kepedulian terhadap sesama kita yang menderita dan tak berdaya? Apa yang telah dan akan kita lakukan untuk mereka? Apa yang bisa kita lakukan bagi sesama kita yang kurang beruntung?
Marilah sekarang kita perhatikan sanak saudara di sekitar kita terutama yang sedang menderita dan ada dalam kesulitan. Apa yang bisa kita lakukan untuk mereka? Semoga kita bisa belajar dari keempat orang istimewa ini yang berusaha berbuat baik bagi sesamanya, terutama yang menderita dan tak berdaya. Tetap semanat dan berkah Dalem.
Banyak jalan menuju ke Roma, banyak cara menggapai cita-cita. Tebarkan kebaikan kepada sesama, terutama yang lemah dan menderita.
dari Banyutemumpang, Sawangan, Magelang,
Berkah Dalem**Rm.Istata
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)
————————————————————————————
Bacaan:
Ibrani 4:1-5.11
Markus 2:1-12
Kemudian, sesudah lewat beberapa hari, waktu Yesus datang lagi ke Kapernaum, tersiarlah kabar, bahwa Ia ada di rumah. Maka datanglah orang-orang berkerumun sehingga tidak ada lagi tempat, bahkan di muka pintu pun tidak. Sementara Ia memberitakan firman kepada mereka,
ada orang-orang datang membawa kepada-Nya seorang lumpuh, digotong oleh empat orang. Tetapi mereka tidak dapat membawanya kepada-Nya karena orang banyak itu, lalu mereka membuka atap yang di atas-Nya; sesudah terbuka mereka menurunkan tilam, tempat orang lumpuh itu terbaring. Ketika Yesus melihat iman mereka, berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu: “Hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni!”
Tetapi di situ ada juga duduk beberapa ahli Taurat, mereka berpikir dalam hatinya: “Mengapa orang ini berkata begitu? Ia menghujat Allah. Siapa yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah sendiri?” Tetapi Yesus segera mengetahui dalam hati-Nya, bahwa mereka berpikir demikian, lalu Ia berkata kepada mereka: “Mengapa kamu berpikir begitu dalam hatimu? Manakah lebih mudah, mengatakan kepada orang lumpuh ini: Dosamu sudah diampuni, atau mengatakan: Bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalan? Tetapi supaya kamu tahu, bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa” — berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu —: “Kepadamu Kukatakan, bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu!” Dan orang itu pun bangun, segera mengangkat tempat tidurnya dan pergi ke luar di hadapan orang-orang itu, sehingga mereka semua takjub lalu memuliakan Allah, katanya: “Yang begini belum pernah kita lihat.” <Markus 2:1-12>