Bacaan: Yes 50:4-9a, Matius 26:14-25
Kemudian pergilah seorang dari kedua belas murid itu, yang bernama Yudas Iskariot, kepada imam-imam kepala. Ia berkata: “Apa yang hendak kamu berikan kepadaku, supaya aku menyerahkan Dia kepada kamu?” Mereka membayar tiga puluh uang perak kepadanya. Dan mulai saat itu ia mencari kesempatan yang baik untuk menyerahkan Yesus. Setelah hari malam, Yesus duduk makan bersama-sama dengan kedua belas murid itu. Dan ketika mereka sedang makan, Ia berkata: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya seorang di antara kamu akan menyerahkan Aku.” Ia menjawab: “Dia yang bersama-sama dengan Aku mencelupkan tangannya ke dalam pinggan ini, dialah yang akan menyerahkan Aku. Anak Manusia memang akan pergi sesuai dengan yang ada tertulis tentang Dia, akan tetapi celakalah orang yang olehnya Anak Manusia itu diserahkan. Adalah lebih baik bagi orang itu sekiranya ia tidak dilahirkan.” Yudas, yang hendak menyerahkan Dia itu menjawab, katanya: “Bukan aku, ya Rabi?” Kata Yesus kepadanya: “Engkau telah mengatakannya.” (Mat. 26:14-16,20-21,23-25)
Sahabat pelita hati,
TEMA yang diangkat dalam pelita sabda kita pagi ini adalah Yudas yang mengkhianati Yesus. Ia tega ‘menjual’ dan menyerahkan Tuhan kepada imam-imam kepala dengan sejumlah imbalan uang. Itulah nasib tragis yang dialami Tuhan menjelang akhir hidup-Nya. Ia dikhianati oleh salah seorang dari duabelas rasul pilihan-Nya. Apa yang dilakukan oleh Yudas Iskariot sungguh merendahkan harkat dan martabat Tuhan. Ia tega menyerahkan Yesus hanya karena sejumlah uang sebesar tigapuluh uang perak.
Sahabat terkasih,
setiap orang pasti tidak suka disebut sebagai penghianat. Sementara setiap dari kita pasti tidak mau dikhianati. Namun faktanya di zaman ini pengkhianatan tak dimustahilkan. Pelita sabda kita hari ini menegaskan bahwa penghianatan Yudas samasekali tak disangka oleh para rasul lainnya. Mereka bingung dan sedih ketika Yesus mengatakan bahwa ada dari antara mereka yang akan menyerahkan Dia ke tangan musuh-musuh-Nya. Walaupun para rasul sedih, tetapi Yesus tetap tegar menghadapi saat-saat akhir hidup-Nya. Dia tak mundur selangkah pun untuk menuntaskan perutusan hingga di puncak gunung penyaliban. Itulah bukti cinta-Nya kepada umat sampai sehabis-habisnya. Mari kita bertanya diri: apakah kita sungguh membela dan memperjuangkan iman? Atau kita sering jatuh juga pada ketidaksetiaan? Semoga kita dijauhkan dari cara yang dipilih Yudas, mengkhianati Tuhan. Kita harus melawannya.
Jika sudah menjadi pilihan, tak boleh kita mempermainkan. Mampukan kami ya Tuhan, tetap setia hingga di akhir zaman
dari Banyutemumpang, Sawangan, Magelang,
Berkah Dalem**Rm.Istata
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)