Sahabat Pelita hati,
SALAM seroja, sehat rohani-jasmani. Berkah Dalem.
“Dapatkah orang buta menuntun orang buta?” Itulah sabda Tuhan yang tegas dan tajam sebagai sebuah pertanyaan reflektif untuk para murid dan pengikut-Nya.
Pesan utamanya adalah agar kita berusaha menjadikan diri baik terlebih dahulu agar bisa menuntun orang menuju kepada kebaikan. Tuhan kemudian melanjutkan dengan perumpamaan tentang selumbar dan balok.
Selumbar itu dapat disamakan dengan serpihan jerami yang sangat kecil. Atau sehelai rambut atau bulu, yang mungkin terbang dan bisa masuk ke mata. Secara kiasan kata itu dipakai Yesus untuk mengartikan kesalahan yang kecil.
Lawannya adalah balok, kiasan untuk kesalahan besar yang sungguh mencolok. Dengan kiasan ini, Yesus mengkritik kebiasaan orang-orang Farisi yang suka mencari dan mencela kesalahan orang lain. Sementara itu mengabaikan kesalahan diri sendiri.
Dengan kata lain, Tuhan mengajak kita untuk bercermin diri alias melihat diri sebelum mengarahkan pandangan kepada orang lain. Harus diakui, terkadang kita cenderung melihat kekurangan orang ain. Tak mau melihat diri terlebih dahulu, sementara mudah menilai atau ‘menghakimi’ sesama.
Sahabat terkasih,
Kita disadarkan bahwa alat pengukur untuk menilai sesama sejatinya ada dalam diri. Sebelum kita menunjuk kekurangan orang lain kita harus melihat diri sendiri. Nasehat Tuhan kepada para murid kala itu amat konkret dan masih sangat relevan untuk saat ini.
Marilah kita dengan sekuat tenaga membebaskan dri dari mentalitas para Farisi. Suka melihat selumbar di mata orang lain namun tak pernah bercermin diri. Salam sehat, tetap semangat dan berkah Dalem.
Akibat kelelahan harus dirawat dokter pribadinya,
untuk sementara tidak boleh ditemui.
Selumbar di mata suadaranya dilihatnya,
sedangkan balok di matanya tak diketahui.
dari Banyutemumpang, Sawangan, Magelang,
Berkah Dalem – St. Istata Raharjo,Pr
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)
————————————————————————————
Bacaan:
1 Kor.9:16-19.22b-27
Lukas 6:39-42
Yesus mengatakan pula suatu perumpamaan kepada mereka: “Dapatkah orang buta menuntun orang buta? Bukankah keduanya akan jatuh ke dalam lobang? Mengapakah engkau melihat selumbar di dalam mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu sendiri tidak engkau ketahui Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Saudara, biarlah aku mengeluarkan selumbar yang ada di dalam matamu, padahal balok yang di dalam matamu tidak engkau lihat? Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu.”