Sahabat pelita hati,
SALAM seroja, sehat rohani-jasmani, berkah Dalem.
Tahun ini sungguh istimewa. Bersamaan dengan membuka masa prapaskah dengan ibadah Rabu Abu, kita juga menyalurkan hak pilih kita dalam gelaran Pemilu. Hari ini menjadi awal masa pantang dan puasa yang akan berlangsung selama empat puluh (40) hari. Selama masa prapaskah ini kita ingin mengolah hati dan rohani dengan aneka kegiatan: puasa, pantang, doa Jalan Salib, pendalaman iman, mengumpulkan derma dan menerima sakramen tobat. Semua itu kita jalani demi mempersiapkan dan menyongsong Paskah Tuhan, saat Allah menunjukkan kasih-Nya yang tak terbatas dengan sengsara, wafat dan kebangkitan-Nya.
Sahabat terkasih,
Sebagai penanda pertobatan, dalam ibadah Rabu Abu dahi kita diolesi abu. Inilah saatnya kita menyadari dan mengakui bahwa kita adalah makhluk lemah yang tak berdaya dan tak berguna di hadapan Tuhan. Sekurangnya ada dua (2) pesan keutamaan sebagaimana tersurat dalam liturgi sabda hari ini:
Pertama, bertobat berarti mengoyakkan hati bukan pakaian seperti yang tersurat salam kitab nabi Yoel: “Koyakkanlah hatimu dan jangan pakaianmu,” (Yoel 2:13a). Pertobatan sejati adalah mengubah sikap hati, dari hati yang suka mencela menjadi hati yang suka membela, dari yang membenci menjadi mencintai, dari congkak hati menjadi rendah hati.
Kedua, di masa prapaskah ini sikap tobat kita juga diwujudkan dalam derma APP (Aksi Puasa Pembangunan) sebagai wujud nyata dari pantang dan puasa. Namun Tuhan mengajak agar kebaikan yang kita lakukan bukan untuk dipertunjukkan atau dipamerkan kepada orang lain. Hendaknya kita melakukannya dengan ketulusan hati bahkan harus dengan tangan tersembunyi. “Tetapi jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu.”(Mat.6:3) Singkatnya kebaikan yang kita lakukan adalah demi kebaikan bukan demi pujian.
Sahabat terkasih,
Marilah kita buka masa prapaskah ini dengan sikap hati yang menengadah kepada Tuhan sambil memohon agar kita dapat menyalurkan hak pilih kita secara tepat dan bijaksana. Kita pilih pribadi-pribadi yang berintegritas, yang memiliki semangat berkorban, membela kaum kecil dan melayani dengan setulus hati. Berkah Dalem.
Di sini burung Nuri di sana Jerapah, di bawahnya kubangan Gajah. Kita masuki masa prapaskah, saat bertobat dan meraup berkah.
Empat belas Februari, di bilik suara kita memilih. Dengan hati kita memberi, hati penuh belas kasih.
dari Banyutemumpang, Sawangan, Magelang,
Berkah Dalem – St. Istata Raharjo,Pr
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)
————————————————————————————
Bacaan:
Yoel 2:12-18
2Kor.5:20-6:2
Matius 6:1-6.16-18
“Ingatlah, jangan kamu melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat mereka, karena jika demikian, kamu tidak beroleh upah dari Bapamu yang di sorga. Jadi apabila engkau memberi sedekah, janganlah engkau mencanangkan hal itu, seperti yang dilakukan orang munafik di rumah-rumah ibadat dan di lorong-lorong, supaya mereka dipuji orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. Tetapi jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu. Hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi, maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu. Dan apabila kamu berpuasa, janganlah muram mukamu seperti orang munafik. Mereka mengubah air mukanya, supaya orang melihat bahwa mereka sedang berpuasa. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. Tetapi apabila engkau berpuasa, minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu, supaya jangan dilihat oleh orang bahwa engkau sedang berpuasa, melainkan hanya oleh Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.” (Mat. 6:1-4.16-18)