Sahabat pelita hati,
“TUJUH puluh kali tujuh kali,” itulah jawaban Yesus kepada Petrus ketika bertanya, apakah harus mengampuni hingga tujuh kali. Bagi Petrus, mengampuni hingga tujuh kali sudah lebih baik dari tradisi Yahudi. Dalam Taurat ditetapkan peraturan pembalasan yang setimpal seperti dalam Kitab Keluaran 21:24 dan disinggung dalam Matius 5:38. Maka, pengampunan sebanyak tujuh kali sudahlah hebat dan lebih dari cukup. Namun Tuhan menegaskan bahwa harus mencapai tujuh puluh kali tujuh kali. Apakah Yesus sedang bermain kata-kata dan bermain angka? Tidak. Tujuh puluh kali tujuh kali berarti empat ratus sembilan puluh kali. Angka ini menggambarkan jumlah yang tak terhitung. Siapa yang bersedia menghitung dan mencatat hingga empat ratus sembilan puluh kali? Di balik jawaban ini, sejatinya Yesus sedang mengajarkan tentang pentingnya pengampunan. Ia tidak pernah pilih-pilih dan membatasi dalam mengampuni. Bahkan seorang pendosa besar sekaliber penjahat yang dihukum salib di sisi-Nya diampuni oleh Tuhan karena ia memohon ampun dengan ketulusan. Itulah sebabnya Tuhan menyisipkan doa pengampunan dalam doa agung-Nya, “ampunilah kesalahan kami seperti kami pun mengampuni yang bersalah kepada kami.”
Sahabat terkasih,
Masa prapakah bukan hanya merupakan saat untuk bertobat dan mohon ampun tetapi juga menjadi saat untuk mau memaafkan dan mengampuni sesama yang pernah bersalah kepada kita. Semoga kita mampu menjadi pribadi yang pengampun bukan pendendam, pemaaf bukan pembalas. Semoga kita sungguh mampu mengusahakannya
Selamat hari Selasa, semoga selalu luar biasa. Tuhan kita maha kuasa. selalu membuka hati bagi para pendosa.
Jika di Betawi ada jali-jali, di Sunda ada manuk dadali. Bukan hanya sampai tujuh kali, tetapi tujuh puluh kali tujuh kali.
dari Banyutemumpang, Sawangan, Magelang,
Berkah Dalem – St. Istata Raharjo,Pr
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)
————————————————————————————
Bacaan:
Nubuat T.Daniel 3:25.34-43
Matius 18:21-35
Kemudian datanglah Petrus dan berkata kepada Yesus: “Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?” Yesus berkata kepadanya: “Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali. Sebab hal Kerajaan Sorga seumpama seorang raja yang hendak mengadakan perhitungan dengan hamba-hambanya. Setelah ia mulai mengadakan perhitungan itu, dihadapkanlah kepadanya seorang yang berhutang sepuluh ribu talenta. Tetapi karena orang itu tidak mampu melunaskan hutangnya, raja itu memerintahkan supaya ia dijual beserta anak isterinya dan segala miliknya untuk pembayar hutangnya. Maka sujudlah hamba itu menyembah dia, katanya: Sabarlah dahulu, segala hutangku akan kulunaskan. Lalu tergeraklah hati raja itu oleh belas kasihan akan hamba itu, sehingga ia membebaskannya dan menghapuskan hutangnya. Tetapi ketika hamba itu keluar, ia bertemu dengan seorang hamba lain yang berhutang seratus dinar kepadanya. Ia menangkap dan mencekik kawannya itu, katanya: Bayar hutangmu! Maka sujudlah kawannya itu dan memohon kepadanya: Sabarlah dahulu, hutangku itu akan kulunaskan. Tetapi ia menolak dan menyerahkan kawannya itu ke dalam penjara sampai dilunaskannya hutangnya. Melihat itu kawan-kawannya yang lain sangat sedih lalu menyampaikan segala yang terjadi kepada tuan mereka. Raja itu menyuruh memanggil orang itu dan berkata kepadanya: Hai hamba yang jahat, seluruh hutangmu telah kuhapuskan karena engkau memohonkannya kepadaku. Bukankah engkau pun harus mengasihani kawanmu seperti aku telah mengasihani engkau? Maka marahlah tuannya itu dan menyerahkannya kepada algojo-algojo, sampai ia melunaskan seluruh hutangnya. Maka Bapa-Ku yang di sorga akan berbuat demikian juga terhadap kamu, apabila kamu masing-masing tidak mengampuni saudaramu dengan segenap hatimu. (Mat 18:21-35)