Bacaan Lukas 10:25-37
Lalu datang seorang Samaria, yang sedang dalam perjalanan, ke tempat itu; dan ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ia pergi kepadanya lalu membalut luka-lukanya, sesudah ia menyiraminya dengan minyak dan anggur. Kemudian ia menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya sendiri lalu membawanya ke tempat penginapan dan merawatnya. Keesokan harinya ia menyerahkan dua dinar kepada pemilik penginapan itu, katanya: Rawatlah dia dan jika kaubelanjakan lebih dari ini, aku akan menggantinya, waktu aku kembali. (Luk.10:33-35)
Sahabat pelita hati,
SALAH satu kisah indah di dalam Injil adalah “Orang Samaria yang Murah Hati”. Kisah ini hanya ditemukan dan dikisahkan oleh penginjil Lukas. Pesan keutamaan dari kisah ini adalah bahwa beriman yang benar harus mewujud dalam tindakan kasih yang nyata, peduli kepada sesama terutama yang menderita. Kisah ini juga menegaskan pentingnya keberanian menerobos sekat-sekat ras, suku, budaya dan agama dalam.karya kasih dan pelayanan. Kita tidak hanya melayani orang yang kita kenal atau kelompok kita tetapi juga orang-orang di luar kita atau kelompok lain.
Sahabat terkasih,
Orang pertama dan kedua (imam dan orang Lewi) yang dikisahkan dalam pelita sabda tergolong orang yang memiliki kedudukan penting dalam jajaran agama Yahudi. Mereka adalah pemimpin upacara kurban dan petugas ibadah di bait Allah. Namun mereka tak peduli kepada sesamanya warga Yahudi yang mengalami korban perampokan dengan sejumlah alasan. Sementara orang Samaria yang selalu direndahkan oleh bangsa Yahudi justru menunjukkan empati kasihnya kepada korban perampokan, walau bukan golongan dan kelompoknya. Ia tidak hanya menolong tetapi rela mengeluarkan biaya demi pengobatan si kurban. Sebuah paradoks hidup yang pantas menjadi permenungan kita. Yang menganggap diri sebagai pewaris tunggal keselamatan justru tak peduli kepada sesamanya, sementara yang dinilai pendosa justru dengan tulus menyatakan tindakan belas kasihnya. Kisah orang Samaria yang murah hati ini kini menjadi inspirasi bagi karya pelayanan lintas batas alias tak terbatasi oleh sekat-sekat ras, suku dan agama. Dan inlah yang menjadi perhatian dari Gereja kita yakni mengembangkan semangat persaudaraan sejati.
Sahabat terkasih
Semoga pelita sabda hari ini mendorong kita untuk lebih giat dalam mengembangkan hidup dan pelayanan kepada sesama terutama yang menderita tanpa memandang kelompok, golongan, suku agama dan lain-lainnya. Semangat membangun hidup bersaudara dan bersesama.
Dua sejoli bercengkerama,
menikmati indahnya pantai Carita,
Bermurah hatilah kepada sesama,
terutama yang lemah dan menderita.
Berkah Dalem, Rm.Istoto
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)
Trima kasih Romo Is..Berkah Dalem