Bacaan: Why. 11:19a; 12:1,3-6a,10ab, 1Kor. 15:20-26, Lukas 1:39-56
Dan ketika Elisabet mendengar salam Maria, melonjaklah anak yang di dalam rahimnya dan Elisabet pun penuh dengan Roh Kudus, lalu berseru dengan suara nyaring: “Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu. Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku? Sebab sesungguhnya, ketika salammu sampai kepada telingaku, anak yang di dalam rahimku melonjak kegirangan. Dan berbahagialah ia, yang telah percaya, sebab apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan, akan terlaksana.” (Luk. 1:41-45)
Sahabat pelita hati,
SELAMAT hari Minggu dan Berkah Dalem.
Hari ini adalah Raya Bunda Maria Diangkat ke Surga (Maria Assumpta). Pelita sabda hari ini berkisah tentang dua perikope yakni: “Maria dan Elisabet” serta “Nyanyian Pujian Maria” atau sering kita kenal dengan Kidung Magnificat. Perjumpaan dua pribadi terberkati, yakni Bunda Maria dan Elisabeth ini sarat dengan ajaran keutamaan yang pantas kita renungkan.
Pertama, Perjumpaan dua perempuan ini mementaskan kesahajaan yang pantas diteladani. Kendati Maria telah dipilih menjadi bunda yang akan melahirkan Sang Mesias, ia tidak mengambil jarak dengan sesama dan kerabatnya. Ia pun bergegas mengunjungi Elisabeth saudarinya yang juga sedang mengandung. Inilah wujud nyata dari sikap sahajanya.
Kedua, Kita belajar tentang kerendahan hati dari kedua perempuan terberkati ini. Kunjungannya bunda Maria membawa kegembiraan berlimpah bukan hanya bagi Elisabeth tetapi juga anak yang ada di dalam rahimnya. Elisabeth pun segera menyatakan pujian kepada Maria Sang Bunda Allah. Elisabeth menyebut Maria sebagai wanita terberkati dan merasa tak pantas mendapatkan kunjungan sang Bunda Putera. Maria tak membusungkan dada tanda bangga. Dengan serta merta ia pun menyatakan kerendahan hatinya dan mengidungkan ‘Magnificat’ dengan pesan pokok bahwa bukan manusia yang layak dipuji tetapi Allahlah yang pantas diagungkan (lih. Luk. 1:46-56). Inilah madah kerendahan hati Maria.
Sahabat terkasih,
Karena kesahajaan dan kerendahan hati bunda Maria itulah ia layak menerima anugerah diangkat ke surga dengan jiwa raganya, Maria Assumpta. Alangkah indahnya menyaksikan dua pribadi yang sahaja dan rendah hati ini. Alangkah indahnya jika sikap dua perempuan terberkati hidup di tengah-tengah keluarga, warga Gereja dan masyarakat pada umumnya. Tidak saling mebanggakan diri dan sombong tetapi hidup dalam kerendahan hati. Mari kita meneladan sikap kerendahan hati para wanita terberkati ini, bunda Elisabeth dan bunda Maria yang bersahaja. Berkah Dalem.
Jalan-jalan ke Taman Melati, bersama sang pujaan hati Maria dan Elisabeth pribadi terberkati, hidupnya penuh kerendahan hati.
dari Banyutemumpang, Sawangan, Magelang,
Berkah Dalem**Rm.Istoto
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)