Pelita Hati: 15.09.2021 – Tabah dan Setia Dalam Duka

0
913 views

Bacaan: Ibr. 5: 7-9;Yohanes 19:25-27

Dan dekat salib Yesus berdiri ibu-Nya dan saudara ibu-Nya, Maria, isteri Klopas dan Maria Magdalena. Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya: “Ibu, inilah, anakmu!” Kemudian kata-Nya kepada murid-Nya: “Inilah ibumu!” Dan sejak saat itu murid itu menerima dia di dalam rumahnya.

Sahabat pelita hati,

HARI ini kita memperingati Santa Perawan Maria Berdukacita. Kisah “Injil” yang kita renungkan hari ini adalah perjumpaan terakhirnya antara Yesus yang tergantung di kayu salib dan memandang bunda-Nya bersama sejumlah murid di bawah salib. Sebuah adegan yang sungguh sangat pilu dan menyayat hati. Ada kesedihan di dalam dalam rasa duka dan sepi. Namun ada sebuah peristiwa indah yang pantas dicatat yakni sabda Yesus kepada Maria agar menerima murid-murid-Nya sebagai anak-anak-Nya dan sebaliknya meminta para murid agar meneima bunda-Nya sebagai ibu mereka.

Sahabat terkasih,

Pesan keutamaan dari peringatan ini adalah Bunda Maria menyatakan kesungguhannya sebagai seorang ibu yang selalu ada di dekat anaknya terutama pada saat mengalami kesulitan dan menghadapi penderitaan. Kita menyaksikan ketabahan dan ketegaran seorang ibu yang tetap ingin meneguhkan dan menyertai puteranya. Ia adalah seorang pelindung, pengayom dan peneguh bagi yang sedang berjuang dalam derita. Karenanya  Bunda Maria menyertai puteranya hingga di puncak Salib Golgota. Bahkan Michael Angelo melukiskan peristiwa itu dengan Maria sedang memangku jenazah Yesus  setelah Ia diturunkan dari salib yang dikenal dengan patung “Pietta”. Itulah gambaran hati seorang ibu yang tegar dan penuh cinta kepada anaknya. Ketabahan seorang Maria mencerminkan hatinya yang tak pernah mundur selangkahpun ketika mengalami aneka macam peristiwa bahkan yang membuatnya berduka. Ia memegang teguh kominten awal panggilannya dan kesanggupannya. Ecce Ancilla Domini, Fiat Mihi Secundum Verbum Tuum, Aku ini hamba Tuhan terjadilah padaku seturut perkataan-Mu itu. Tak terbantahkan lagi jika Bunda Maria adalah teladan umat beriman, maka marilah dengan rendah hati kita berusaha meneladan Bunda Maria, tetap setia kepada Tuhan dan selalu ada di dekat-Nya, memegah teguh komitmen iman kepada-Nya, dalam kondisi dan situasi apa pun juga. Di sinilah kita menemukan alasan mengapa kita hari menghormati dan meneladani Maria.

Ada saatnya untuk terluka,
tetapi ada saatnya untuk bersuka cita.
Bunda Maria bunda Sapta duka,
engkau teladan ketabahan kita.

dari Banyutemumpang, Sawangan, Magelang,

Berkah Dalem**Rm.Istoto

Kredit foto: Ilustrasi (Ist)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here