Bacaan Markus 3:1-6
Kemudian Yesus masuk lagi ke rumah ibadat. Di situ ada seorang yang mati sebelah tangannya. Mereka mengamat-amati Yesus, kalau-kalau Ia menyembuhkan orang itu pada hari Sabat, supaya mereka dapat mempersalahkan Dia. Kemudian kata-Nya kepada mereka: “Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat, menyelamatkan nyawa orang atau membunuh orang?” Tetapi mereka itu diam saja. Ia berdukacita karena kedegilan mereka dan dengan marah Ia memandang sekeliling-Nya kepada mereka lalu Ia berkata kepada orang itu: “Ulurkanlah tanganmu!” Dan ia mengulurkannya, maka sembuhlah tangannya itu. (Mrk 3:1-2,4-5)
PELITA sabda hari ini masih menampilkan sikap dan tabiat para Farisi yang suka memperhaikan dan bahkan mengamat-amati Yesus untuk mencari dan menemukan kesalahan agar dapat mempersalahkan-Nya. Sebuah model atau cara hidup yang jauh dari prinsip kekristenan yang mengedepankan kasih, kelembutan dan kerendahan hati.
Tuhan tak menginginkan kita menjadi generasi Farisi di zaman ini yang selalu menyimpan rasa iri, dengki atau sekurangnya tidak rela jika orang lain berhasil serta selalu ingin menjatuhkannya. Inilah yang dinamakan degil hatinya, karena tidak mampu menangkap karya kasih kebaikan Tuhan. Justru kita diajak untuk bersaing dan berlomba untuk mempraktekkan hidup dalam kebaikan dan kerendahan hati. Menolong dan peduli kepada sesama adalah panggilan setiap pengikut Tuhan. Daripada kita berusaha mencari-cari kelemahan orang lain jauh lebih baik kita menunjukkan usaha baik kita untuk membantu dan meringankan beban sesama. Bukankah hal itu yang dilakukan oleh Tuhan dalam karya pewartaan-Nya? Nyatanya banyak orang yang menderita akhirnya mengalami penyembuhan. Banyak yang sengsara akhirnya mengalami kegembiraan berkat tangan kasih Tuhan.
Jika memancing ikan gurami,
harus sabar dan hati-hati.
Tuhan Yesus sembuhkanlah kami,
orang buta orang congkak hati.
dari Papua tanah terberkati,
Berkah Dalem, rm.istoto
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)