Pelita Hati: 18.12.2022 – Belajar dari Bapa Yusuf yang Tulus, Taat dan Saleh

0
469 views

Bacaan: Yesaya 7:10-14, Roma 1:1-7, Matius 1:18-24

Kelahiran Yesus Kristus adalah seperti berikut: Pada waktu Maria, ibu-Nya, bertunangan dengan Yusuf, ternyata ia mengandung dari Roh Kudus, sebelum mereka hidup sebagai suami isteri. Karena Yusuf suaminya, seorang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama isterinya di muka umum, ia bermaksud menceraikannya dengan diam-diam. Tetapi ketika ia mempertimbangkan maksud itu, malaikat Tuhan nampak kepadanya dalam mimpi dan berkata: “Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus. Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka.”  Sesudah bangun dari tidurnya, Yusuf berbuat seperti yang diperintahkan malaikat Tuhan itu kepadanya. Ia mengambil Maria sebagai isterinya.(Mat.1:18-21.24)

Sahabat pelita hati, 

SALAH satu momentum krusial yang dihadapi Yusuf yang masih bertunangan dengan Maria adalah ketika ia mengetahui bahwa tunangannya telah mengandung. Namun ia tidak gegabah dan tidak buru-buru mengambil keputusan, itulah sikap yang dipilih oleh Yusuf, suami Maria. Ia berencana mengambil sikap tetapi tetap ingin menjaga nama baik Maria. Saatnya kita belajar dari bapa Yusuf yang sungguh mulia sikap hatinya. Walau ia kecewa ketika mengetahui Maria tunangannya mengandung, ia tidak hendak membawa dan mengadukannya ke meja pengadilan, walau sejatinya ia punya hak. Ia ingin menceraikan dengan diam-diam alias tidak ingin membawanya ke ranah publik yang pada akhirnya akan mempermalukan dan mencemarkan nama baik Maria. Ketulusan hati Yusuf mendapat jawaban dari Tuhan melalui Malaikat Gabriel yang menjumpainya dalam mimpi, sehingga Yusuf  mengambil Maria sebagai isterinya. Dari rahim Marialah terlahirlha Yesus Sang Immanuel. 

Sahabat terkasih, 

Ketulusan hati, ketaatan dan dan kesalehan  bapa Yusuf  pantas untuk kita teladani dan perjuangkan di masa kini. Tak gegabah apalagi emosional dalam mengambil keputusan agar nama baik sesama dapat terjaga. Jangan mudah mencari kesalahan dan menghakimi sesama sebaliknya kita harus mengambangkan sikap berbaik sangka. Semoga kita mampu mengusahakannya. 

Dari Ketapang ke Tumbang Titi, 
berkendara musti hati-hati.
Bapa Yosef sang tulus hati,
sederhana dan rendah hati.

dari Banyutemumpang, Sawangan, Magelang,

Berkah Dalem**Rm.Istata

Kredit foto: Ilustrasi (Ist)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here