Bacaan: Ibrani 6:10-20, Markus 2:23-28
Pada suatu kali, pada hari Sabat, Yesus berjalan di ladang gandum, dan sementara berjalan murid-murid-Nya memetik bulir gandum. Maka kata orang-orang Farisi kepada-Nya: “Lihat! Mengapa mereka berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat?” Lalu kata Yesus kepada mereka: “Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat, jadi Anak Manusia adalah juga Tuhan atas hari Sabat.” (Mrk. 2:23-24.27-28)
Sahabat pelita hati,
SETELAH orang Farisi mengangkat perdebatan soal puasa dan tidak puasa, kini mereka mempermasalahkan murid-murid Yesus yang memetik gandum di hari sabat. Orang-orang Farisi yang mengaku diri sebagai pewaris hukum Musa ini sangat ketat dalam menjaga tegaknya aturan-aturan hukum Taurat, salah satunya adalah hukum sabat. Dari satu pihak harus diakui ketaatan orang-orang Farisi itu, tetapi sayangnya mereka sering jatuh pada ‘ketaatan buta’ alias melaksanakan aturan demi mengabdi pada aturan tanpa menyertakan perasaan hati serta mempertimbangkan situasi maupun konteks hidup yang ada.
Sahabat terkasih,
Sementara Yesus memaknai bahwa aturan itu dibuat untuk membantu manusia agar tatanan hidup berjalan dengan baik jangan sampai membuat manusia justru menderita karena kemanusiaannya diabaikan dan dilanggar oleh ketatnya aturan yang terkadang tidak manusiawi. Bagaimana mungkin seorang yang sedang menderita sakit keras sekalipun harus dibiarkan jika hari itu hari Sabat? Aturan yang dibuat semestinya harus menyertakan pertimbangan hati nurani yang murni tanpa dikotori oleh kepentingan tersembunyi. Semoga pelita sabda hari ini membawa kita pada sikap bijak hati dalam menghayati hidup beriman. Beriman bukan hanya karena tututan aturan tetapi karena panggilan dan kerinduan hati. Jauhilah ragi dan mentalitas para Farisi.
Berkunjung ke rumah kerabat, ditemani para sahabat. Manusia tak mengabdi pada hari Sabat, tetapi Anak manusia adalah Tuhan atas Sabat.
dari Banyutemumpang, Sawangan, Magelang,
Berkah Dalem Rm.Istoto
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)