Bacaan Lukas 18:35-43
Waktu Yesus hampir tiba di Yerikho, ada seorang buta yang duduk di pinggir jalan dan mengemis. Waktu orang itu mendengar orang banyak lewat, ia bertanya: “Apa itu?” Kata orang kepadanya: “Yesus orang Nazaret lewat.” Lalu ia berseru: “Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!” Maka mereka, yang berjalan di depan, menegor dia supaya ia diam. Namun semakin keras ia berseru: “Anak Daud, kasihanilah aku!” Lalu Yesus berhenti dan menyuruh membawa orang itu kepada-Nya. Dan ketika ia telah berada di dekat-Nya, Yesus bertanya kepadanya: “Apa yang kaukehendaki supaya Aku perbuat bagimu?” Jawab orang itu: “Tuhan, supaya aku dapat melihat!” Lalu kata Yesus kepadanya: “Melihatlah engkau, imanmu telah menyelamatkan engkau!” Dan seketika itu juga melihatlah ia, lalu mengikuti Dia sambil memuliakan Allah. Seluruh rakyat melihat hal itu dan memuji-muji Allah.
SAHABAT pelita hati,
Membaca kisah seorang pengemis buta di pinggir jalan menuju Yerikho ini, kita ingat akan kisah Si Bartimeus sebagaimana dikisahkan oleh penginjil Markus 10:46-52 yang kita renungkan pada tanggal 28 oktober yang lalu. Ada tiga tiga tokoh dalam kisah ini dengan beragam karakter, yakni:
1) si pengemis buta, 2) orang-orang yang berjalan di depan dan 3)Tuhan Yesus sendiri.
Mari kita belajar dari ketiga karakter tokoh-tokoh tersebut.
Pertama, Penginjil Lukas tidak menyebut siapa nama pengemis buta itu. Karena ia tidak dapat melihat maka ia mengandalkan pendengarannya dan kemudian mulutnya untuk memohon rahmat kepada Tuhan Yesus. Setelah mendengar bahwa Yesus dari Nazaret melewati jalan, ia berteriak-teriak memanggjl-manggil Yesus. Ini sebentuk usaha sang pengemis untuk memohon rahmat.
Kedua, orang-orang yang berjalan di depan (ditengarai sebagai orang dekat Yesus atau para murid-Nya) memarahi si pengemis itu. Namun justru ia semakin kuat berteriak memanggil-manggil nama Yesus. Inilah sebentuk usaha si pengemis itu yang ‘tidak jemu-jemu’ memohon dan ia tidak takut kepada siapa pun. Yang ia dambakan adalah teriakannya dapat didengarkan Tuhan.
Ketiga, ketika orang-orang memarahinya Yesus justru mendekati si pengemis. Dengan belas kasih dan cinta-Nya Ia bertanya, “Apa yang kaukehendaki supaya Aku perbuat bagimu?” Mengapa Yesus harus bertanya? Inilah sebentuk cara agar si pengemis itu menyatakan ‘iman’-nya. Yesus ingin mendengar dan melihat langsung iman si pengemis. Akhir dari perjumpaan itu adalah datangnya mujizat Allah. Si buta dapat melihat.
Sahabat terkasih,
Dari kisah ini, kita belajar tentang gigihnya iman sang buta. Ia tak takut dan berani mengahadapi siapa pun yang menghalangi perjumpaannya dengan Tuhan. Apakah kita memiliki kegigihan iman yang sama? Atau masih sering takut dan putus asa?
Berkicau riang burung kenari,
hinggap di atas pohon cempaka.
Mintalah maka akan diberi,
ketuklah maka pintu akan dibuka.
dari Papua dengan cinta,
Berkah Dalem, Rm.Istoto
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)