Bacaan: 1Mak. 4:36-37.52-59, Lukas 19:45-48
Lalu Yesus masuk ke Bait Allah dan mulailah Ia mengusir semua pedagang di situ, kata-Nya kepada mereka: “Ada tertulis: Rumah-Ku adalah rumah doa. Tetapi kamu menjadikannya sarang penyamun.” Tiap-tiap hari Ia mengajar di dalam Bait Allah. Imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat serta orang-orang terkemuka dari bangsa Israel berusaha untuk membinasakan Dia, tetapi mereka tidak tahu, bagaimana harus melakukannya, sebab seluruh rakyat terpikat kepada-Nya dan ingin mendengarkan Dia.
Sahabat pelita hati,
PELITA sabda hari ini berkisah tentang Yesus yang menyucikan Bait Allah yang ditulis oleh penginjil Lukas, dengan memberikan tekanan pada sabda ini, “Rumah-Ku adalah rumah doa. Tetapi kamu menjadikannya sarang penyamun”. Yang menjadi perhatian kita sekarang adalah reaksi banyak orang terhadap tindakan Yesus, terutama dari kalangan imam-imam kepala, para ahli Taurat serta orang-orang terkemuka dari bangsa Israel. Mereka berusaha membinasakan Yesus tetapi tidak tahu dengan cara apa karena seluruh rakyat amat terpikat dengan pewartaan Yesus.
Sahabat terkasih, Merenungkan reaksi yang bertolak belakang antara sekelompok ahli Taurat serta para petinggi dan reaksi khalayak atau rakyat pada umumnya ini kita menjadi ingat akan nubuat yang disampaikan oleh Simeon tatkala ia menyambut Yesus yang dipersembahkan di bait Allah, “Lalu Simeon memberkati mereka dan berkata kepada Maria, ibu Anak itu: Sesungguhnya Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang di Israel dan untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan perbantahan.” (Luk 2:34)
Sahabat terkasih,
Karya dan pewartaan Yesus memang menimbulkan perbantahan, antara yang menerima dan menolak. Antara orang yang mampu menangkap karya Allah serta terbuka pada pewartaan-Nya dan orang yang menutup diri pada karya kasih-Nya. Inilah orang yang di dalam hatinya penuh dengan ‘sarang penyamun’ alias hati yang mendengki sehingga tak mampu melihat karya kebaikan Tuhan.
Sahabat terkasih, Semoga kita mampu membersihkan dan memurnikan hati serta pikiran kita dari segala kesombongan agar dapat melihat dengan jernih setiap peristiwa hidup yang kita alami sebagai karya kasih-Nya. Orang yang bersih hatinya akan percaya bahwa Tuhan selalu terlibat dan melibatkan diri dalam hidup kita. Marilah kita berserah diri kepada-Nya agar hati kita menjadi tempat berdoa dan memuji, bukan sarang penyamun. Berkah Dalem.
Daripada hujan emas di negeri orang, lebih baik hujan batu di negeri sendiri. Jauhkan diri dari kesombongan, lebih baik sahaja dan uga hari.
dari Banyutemumpang, Sawangan, Magelang,
Berkah Dalem**Rm.Istata
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)