Bacaan Matius 20:17-28
Maka datanglah ibu anak-anak Zebedeus serta anak-anaknya itu kepada Yesus, lalu sujud di hadapan-Nya untuk meminta sesuatu kepada-Nya. Kata Yesus: “Apa yang kaukehendaki?” Jawabnya: “Berilah perintah, supaya kedua anakku ini boleh duduk kelak di dalam Kerajaan-Mu, yang seorang di sebelah kanan-Mu dan yang seorang lagi di sebelah kiri-Mu.” Tetapi Yesus menjawab, kata-Nya: “Kamu tidak tahu, apa yang kamu minta. Dapatkah kamu meminum cawan, yang harus Kuminum?” Kata mereka kepada-Nya: “Kami dapat.” Yesus berkata kepada mereka: “Cawan-Ku memang akan kamu minum, tetapi hal duduk di sebelah kanan-Ku atau di sebelah kiri-Ku, Aku tidak berhak memberikannya. Itu akan diberikan kepada orang-orang bagi siapa Bapa-Ku telah menyediakannya.” Mendengar itu marahlah kesepuluh murid yang lain kepada kedua saudara itu. Tetapi Yesus memanggil mereka lalu berkata: “Kamu tahu, bahwa pemerintah-pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi dan pembesar-pembesar menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu; sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.” (Mat.20:20-28)
Sahabat pelita hati,
KINI Yesus mengajarkan tentang makna dari “pelayanan”. Pelayan atau hamba adalah orang nengabdika hidupnya bagi orang lain (tuan) atau siapapun yang dilayani. Maka hidupnya diarahkan kepada orang lain bukan diri sendiri. Seorang hamba atau pelayan yang baik akan mendahulukan kepentingan sang tuan. Ia tak pernah mendahulukan kepentingannya, bahkan harus mengabaikannya. Karenanya di balik sikap melayani ini tersembunyi sikap kerendahan hati. Berusaha mengekang kepentingan diri. Hidupnya hanya diabdikan bagi kepentingan sesama. Dan inilah yang menjadi penghayatan hidup Yesus, Sang Hamba Tuhan. Ia menyerahkan seluruh hidup bahkan nyawa-Nya bagi manusia.
Sahabat terkasih,
Apakah kita sudah mengusahakan hidup sebagai pelayan yang baik di dalam keluarga, dalam lingkungan Gereja atau di masyarakat kita? Atau kita cenderung minta diistimewakan dan diperhatikan? Di masa prapaskah ini saatnya bagi kita untuk memperbaharui diri agar kita hidup rendah hati.
Bunga mawar bunga melati,
mekar indah di taman hati.
Marilah kita mengolah hati,
agar semakin rendah hati.
dari Papua dengan cinta,
Berkah Dalem, Rm.istoto
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)