Bacaan Lukas 1:26-38
Ketika malaikat itu masuk ke rumah Maria, ia berkata: “Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau.” Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus. Kata Maria kepada malaikat itu: “Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?” Jawab malaikat itu kepadanya: “Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah. Dan sesungguhnya, Elisabet, sanakmu itu, ia pun sedang mengandung seorang anak laki-laki pada hari tuanya dan inilah bulan yang keenam bagi dia, yang disebut mandul itu. Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil.” Kata Maria: “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.” Lalu malaikat itu meninggalkan dia. (Luk. 1:28.31.34-38)
SAHABAT pelita hati,
Mengapa Tuhan memilih Maria menjadi ibu Yesus? Siapa Maria dan apa jasanya? Kita takkan pernah mendapat jawabnya. Hal yang sama sesungguhnya juga dapat ditanyakan ketika Petrus, Andreas dan kawan-kawannya dipilih Tuhan menjadi murid-murid pertama-Nya. Bukankah mereka hanya nelayan sederhana dan tak punya prestasi istimewa? Pada akhirnya semua pertanyaan itu harus dijawab dengan satu kalimat pamungkas “Allah dengan segala kekuasaan dan kebijaksanaan-Nya dapat menentukan siapa saja untuk dipilih menjadi partner dalam karya keselamatan-Nya.” Yang lebih penting dari kisah panggilan ini adalah jawaban Maria dan komitmennya unruk melaksanakan karya panggilan dengan setia. “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.” Jawaban Maria ini ia hanyati dengan setia hingga pada akhirnya dan ia memang sungguh pantas disebut sebagai yang dikaruniai dan terbekati. Maka keterpilihan Maria terjawab oleh ketaatan dan kesetiaanya.
Sahabat terkasih,
Kini kita pun tak perlu bertanya mengapa Tuhan dahulu memanggil dan memilih kita. Kita juga tak perlu bertanya mengapa teman atau sahabat kita memiliki panggilan berbeda dengan kita? Yang terpenting adalah apakah kita sungguh bertanggungjawab dan dengan setia menjalani panggilan hidup ini? Semoga masa Adven menjadi kesempatan indah bagi kita untuk memperbaharui komitmen hati dalam menghayati panggilan hidup kita masing-masing.
Gerak tarian perlahan,
diiringi musik gamelan.
Mampukan kami ya Tuhan,
setia menapaki jalan panggilan.
dari Papua dengan cinta,
Berkah Dalem, Rm.Istoto
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)