Pelita Hati: 21.01.2018 – Puasa Sejati

0
712 views

Bacaan Markus 2:18-22

Pada suatu kali ketika murid-murid Yohanes dan orang-orang Farisi sedang berpuasa, datanglah orang-orang dan mengatakan kepada Yesus: “Mengapa murid-murid Yohanes dan murid-murid orang Farisi berpuasa, tetapi murid-murid-Mu tidak?” Jawab Yesus kepada mereka: “Dapatkah sahabat-sahabat mempelai laki-laki berpuasa sedang mempelai itu bersama mereka? Selama mempelai itu bersama mereka, mereka tidak dapat berpuasa. Tetapi waktunya akan datang mempelai itu diambil dari mereka, dan pada waktu itulah mereka akan berpuasa. Tidak seorang pun menambalkan secarik kain yang belum susut pada baju yang tua, karena jika demikian kain penambal itu akan mencabiknya, yang baru mencabik yang tua, lalu makin besarlah koyaknya. Demikian juga tidak seorang pun mengisikan anggur yang baru ke dalam kantong kulit yang tua, karena jika demikian anggur itu akan mengoyakkan kantong itu, sehingga anggur itu dan kantongnya dua-duanya terbuang. Tetapi anggur yang baru hendaknya disimpan dalam kantong yang baru pula.”

Sahabat pelita hati,

HARI ini Tuhan mengajarkan tentang makna sesungguhnya berpuasa. Hal ini berawal dari fakta bahwa murid-murid Yohanes dan orang-orang Farisi berpuasa, tetapi murid-murid Yesus tidak. Apa makna puasa sejati itu? Berpuasa sebenarnya  mengekang dan menyalibkan keinginan daging terhadap segala kesenangan agar kita lebih dekat dan akrab dengan Tuhan. Dengan kata lain, saat berpuasa kita harus membangun komunikasi dan berusaha untuk mendekatkan diri kepada-Nya, dengan harapan  ada pembaharuan hidup dan pemurnian hati. Itulah sebabnya Yesus mengambil contoh tentang anggur.  Seperti anggur yang baru harus disimpan di dalam kantong yang baru. Maka berpuasa bukan sekedar mengurangi atau mengekang makanan demi sebuah aturan agama tetapi usaha untuk memurnikan hati dan memperbaharui diri agar semakin akrab dan dekat dengan Tuhan.

Sahabat terkasih,

Para murid sedang mengalami kebersamaan dengan ‘Sang Mempelai’ yaituTuhan sendiri. Karenanya bukan sewajibnya para murid diikat oleh macam ragam aturan yang justru dapat menghalangi kebersamaan dengan Tuhan. Singkat kata, yang dipentingkan adalah kepantasan hati untuk mengalami kasih dan kebersamaan dengan Tuhan bukan aturan-aturan yang mengekang dan menghalangi kebersamaan dengan-Nya. Puasa sejati berarti memantaskan hati di hadapan Tuhan.

Rajinlah minum jamu,
agar sehatlah ragamu.
Koyakkanlah hatimu,
bukan pakaianmu,

dari Papua dengan cinta,
Berkah Dalem, Rm.Istoto

Kredit foto: Ilustrasi (Ist)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here