Bacaan: Efesus 4:1-6, Lukas 12:54-59
Yesus berkata pula kepada orang banyak: Apabila kamu melihat awan naik di sebelah barat, segera kamu berkata: Akan datang hujan, dan hal itu memang terjadi. Dan apabila kamu melihat angin selatan bertiup, kamu berkata: Hari akan panas terik, dan hal itu memang terjadi. Hai orang-orang munafik, rupa bumi dan langit kamu tahu menilainya, mengapakah kamu tidak dapat menilai zaman ini? Dan mengapakah engkau juga tidak memutuskan sendiri apa yang benar? Sebab, jikalau engkau dengan lawanmu pergi menghadap pemerintah, berusahalah berdamai dengan dia selama di tengah jalan, supaya jangan engkau diseretnya kepada hakim dan hakim menyerahkan engkau kepada pembantunya dan pembantu itu melemparkan engkau ke dalam penjara. Aku berkata kepadamu: Engkau tidak akan keluar dari sana, sebelum engkau membayar hutangmu sampai lunas.”
Sahabat pelita hati,
KONON orang Yahudi dikenal sebagai anak alam, bisa melihat dan merasakan perubahan awan dan angin serta meramalkan cuaca. Dan sebagai bangsa yang terdidik dalam Kitab Suci, para Ahli Taurat dan orang Farisi pun dapat membaca tanda-tanda hadirnya Mesias. Padahal Ia telah hadir dalam aneka perbuatan mujizat Tuhan. Namun mereka tak mampu dan tak mau melihat bahwa tindakan Yesus adalah tindakan Mesias, hanya karena Yesus tidak datang dengan kebesaran, Ia hanyalah anak tukang kayu; Yesus dekat dengan orang-orang kecil, sederhana dan pendosa. Singkat kata, para Farisi tak mampu dan tak mau menerima Yesus sebagai Mesias. Mereka memandang namun tak melihat, mereka mendengar namun tak menangkap.
Sahabat terkasih,
Salah satu yang menghalangi orang Yahudi tak bisa menangkap bahwa Mesias sungguh telah hadir adalah tiadanya sikap rendah hati dari orang-orang Yahudi, terutama para Farisi, ahli Taurat dan petinggi agama. Mereka memandang sebelah mata Yesus dengan beragam alasan. Mereka Semoga kita dikaruniai kerendahan hati agar mampu melihat kehadiran Tuhan dalam peristiwa keseharian di sekitar kita. Ia hadir setiap hari dalam kehidupan kita, dalam setiap peristiwa hidup kita dan juga dalam diri orang-orang yang sangat sederhana dan menderita. Berkah Dalem.
Dalamnya laut bisa diduga, Dalamnya hati siapa tahu. Agar layak memasuki kerajaan surga, harus peduli dan rela membantu.
Dalamnya laut bisa diselami, dalamnya hati tak tahu pasti. Tuhan Yesus mampukan kami, hidup sederhana dan rendah hati.
dari Banyutemumpang, Sawangan, Magelang,
Berkah Dalem**Rm.Istata
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)